Dari: Majalah UMMAT, No. 31 Thn. III, 16 Februari 1998 / 13 Dzulqaidah 1418 H

Perubahan besar-besaran di ABRI. Wiranto menjadi Pangab, Subagyo KSAD.

Rumor yang lama merebak tentang adanya pergantian Pangab sebelum Sidang Umum MPR, akhirnya terbukti. Mulai Senin (16/2) ini, tongkat komando Panglima ABRI akan berada di tangan Jendral TNI Wiranto, yang sebelumnya menjabat Kepala Staf TNI AD (KSAD). Wiranto menggantikan Jendral TNI Feisal Tanjung, yang memasuki masa pensiun Sabtu kemarin. Wakil KSAD Jendral TNI Subagyo Hadisiswoyo, naik menjadi KSAD.

Kepastian penggantian itu dikemukakan sendiri oleh Pangab Feisal Tanjung, Kamis lalu, di Mabes ABRI Jalan Merdeka Barat. Selain kedua jabatan penting itu, pergantian juga terjadi di beberapa pos utama ABRI.


“Jendral TNI Wiranto dan Jendral TNI Subagyo Hadisiswoyo akan dilantik Presiden Senin, di Istana Negara. Acara serah terima jabatan Pangab dilangsungkan Jum’at di Mabes ABRI, Cilangkap, Jakarta. Jabatan lainnya akan diserahterimakan seusai SU MPR,” jelas Feisal.

Jabatan Wakil KSAD yang ditingggalkan Subagyo, akan diisi Letjen TNI Sugiono (Akabri 1971). Sugiono saat ini adalah Panglima Komando Cadangan Strategis TNI AD (Pangkostrad). Sebagai Pangkostrad baru adalah Mayjen TNI Prabowo Subianto (Akabri 1974), sekarang Komandan Jendral Komando pasukan Khusus TNI AD (Kopassus). Sedang Danjen Kopassus baru ditunjuk Mayjen TNI Muchdi PR (Akabri 1970), kini Pangdam VI Tanjung Pura.

Di Mabes ABRI sendiri, dua pos penting juga akan pindah tangan. Mayjen TNI Fachrul Razi (Akabri 1970), akan menggantikan Letjen TNI Tarub sebagai Kepala Staf Umum (Kasum) ABRI. Sementara Mayjen TNI Susilo Bambang Yudhoyono (sekarang Assospol Kassospol) naik menjadi Kepala Staf Sosial Politik (Kassospol), menggantikan Letjen TNI Yunus Yosfiah.

Akomodatif

Naiknya Wiranto, Subagyo dan Sugiono memang sudah diduga sebelumnya. Trio ini pernah dekat dengan Presiden Soeharto. Antara 1988-1993, Wiranto adalah Ajudan Presiden. Subagyo pada 1986-1993 menjadi komandan satuan pengamanan (dansatpam) Paswalpres (kini Paspampres).

Sedang Sugiono selain pernah menjadi ajudan presiden, juga komandan Paspampres 1995-1997. Wiranto, kelahiran Yogyakarta 1947, memulai karirnya sebagai komandan pleton pada 1969. Karirnya tergolong cepat, meski sempat tersendat ketika berpangkat Letnan Kolonel (1982-1989).

Sejak menjabat Pangdam Jaya pada Desember 1994, nama Wiranto kian berkibar. Ia memberantas preman dan mempopulerkan Gerakan Disiplin Nasional (GDN). Tak sampai dua tahun di Kodam, ia ditunjuk sebagai Pangkostrad, April 1996, menggantikan Letjen TNI Tarub. Lulusan Akademi Militer Nasional (AMN) 1968 ini adalah orang pertama di angkatannya yang memperoleh bintang tiga.

Wiranto tenang saja ditunjuk sebagai Pangab. Bagi anak kelima pasangan R.S. Wirowijoyo-Suwarsijah, pengangkatannya sebagai Pangab merupakan anugerah dari Tuhan Yang Mahakuasa. “Karena itu saya sangat bersyukur,” ujar suami Rugaiyah Usman ini.

Karir militer KSAD baru, Subagyo Hadisiswoyo, juga melesat jauh melebihi teman-teman seangkatannya. Alumni AMN 1970 ini dua kali memperoleh kenaikan pangkat istimewa, yaitu ketiga bertugas di Timor Timur dan ketika pembebasan pesawat Garuda Woyla di Don Muang, Bangkok. Ketika itu Subagyo masih berpangkat kapten.

Tapi ia pernah mengalami masa sulit saat menempati pos di kesatuan pengawal presiden. Karirnya sempat “mandek” hampir delapan tahun dengan pangkat letnan kolonel. Pangkat kolonel baru diperolehnya pada 1988, meski pendidikan Seskoad berhasil ia selesaikan pada 1984. Baru setelah Pangab dijabat Feisal Tanjung, karirnya kembali bersinar. Subagyo diangkat sebagai Komandan Kopassus (1994), dan Pangdam IV/Diponegoro dan Wakil Kasad (1997).

Ayah dua anak kelahiran Yogyakarta 12 Juni 1946 ini, lahir dalam keluarga santri. Ayahnya, Yakub Hadisiswoyo, adalah mantan tokoh Muhmmadiyah di Yogyakarta. Lelaki berkumis tebal ini dikenal rajin shalat malam dan tadarusan. “Saya bersyukur atas kepercayaan ini.

Mudah-mudahan saya bisa menjalankan tugas dengan baik,” ujarnya kalem setelah diumumkan menjadi KSAD.

Para jendral muda diatas mewakili generasi baru ABRI. Mereka dipandang kalangan pengamat mewakili cara pandang baru ABRI yang lebih terbuka pada kalangan sipil. “Sejak Pak Harto bicara tentang tut wuri handayani, telah terjadi perubahan orientasi perlahan-lahan dalam kepemimpinan ABRI, bahwa mereka harus memberi kesempatan pada masyarakat sipil untuk lebih berpartisipasi,” kata pengamat ABRI, Salim Said.

Bagi kalangan Islam, naiknya para jendral muda, yang sebagiannya berasal dari lingkungan keluarga santri, diharapkan akan makin mengikis sisa-sisa pandangan yang menghadapkan Islam dan ABRI. Menurut Salim, memang susah bagi pemerintah saat ini untuk tidak akomodatif terhadap kelompok Islam. “Islam itu mayoritas dan mereka itu represented dalam elite politik Indonesia,” katanya.

Mansyur Alkatiri  (Laporan: Telni Rusmitantri)

BACA JUGA:
Kontroversi Tap MPR untuk Hadapi Gejolak
MUSLIM AS: Dirampas dan Dimurtadkan
Kosovo Makin Panas Bergolak

By mansyur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *