Oleh: Mansyur Alkatiri

Majalah UMMAT Tahun I No. 04, 21 Agustus 1995 / 24 Rabiul Awal 1416 H

Semakin pasti langkah PBB dan Barat menyerahkan Bosnia pada Serbia

KOMANDAN PASUKAN PBB ASAL BELANDA, THOM KARREMANS, DAN PANGLIMA AB SERBIA BOSNIA, RATKO MLADIC. Sepakat Musnahkan Muslim

Ejup Ganic, wakil presiden Bosnia Herzegovina, pernah berucap sinis, enam “wilayah aman” yang dinyatakan PBB di Bosnia, adalah tempat aman bagi Serbia untuk membunuh. Ganic benar. Srebrenica dan Zepa, dua “kota aman” di Bosnia Timur, telah diserahkan pasukan PBB ke tangan agresor Serbia.

Ini kontan membuat Tadeusz Mazowiecki, ketua Tim Penyelidik Hak-hak Asasi Manusia PBB untuk Bekas Yugoslavia, mengundurkan diri. “Para pemimpin dunia bersikap munafik,” tuduhnya.

Hasil pertemuan London, 28 Juli, yang dihadiri oleh menteri luar negeri, menteri pertahanan dan panglima AB 16 negara anggota NATO membenarkan tuduhan Mazowiecki. Pertemuan yang dirancang Inggris ini memutuskan, NATO baru akan bertindak bila Serbia berani menyerang Gorazde, yang dijaga 300 tentara Inggris. Artinya, NATO merestui pencaplokan wilayah aman lainnya oleh Serbia.

Bukti kemunafikan

Keputusan negara-negara yang biasanya amat lantang berkhotbah tentang hak-hak asasi manusia ini, kian membuka lebar tabir yang menutupi sikap asli mereka selama ini dalam menghadapi konflik di Bosnia. Barat dengan menggunakan tangan PBB, sebenarnya tak rela melihat sebuah negara yang dipimpin orang Islam, eksis di jantung benua Eropa.

Alain Juppe yang tahun lalu masih menjabat menlu Perancis pernah menyatakan khawatir bila Bosnia dikuasai orang-orang Islam, karena bisa mengganggu Eropa. Sementara Newsweek pernah pula mengutip ucapan seorang pejabat tinggi NATO yang tak rela melihat sebuah pemerintahan yang dikuasai Muslim di tengah benua Eropa menimbun senjata dalam jumlah besar.

KUBURAN MASSAL MUSLIM KORBAN PEMBANTAIAN OLEH SERBIA DI SREBRENICA. Kerjasama Eropa, PBB dan Serbia Habisi Muslim

Konspirasi mereka dengan Serbia, dengan cara menoleransi semua tindakan brutal anak buah Milosevic, Karadzic dan Mladic, sebetulnya sudah nampak sejak awal mulainya perang.

Tanggal 3 Juni 1992, empat LSM Bosnia, yaitu Palang Merah Bosnia Herzegovina, Pusat Aktifitas Anti Perang Sarajewo, Esperanto Sarajewo dan Dewan Pemuda Bosnia Herzegovina, menerbitkan laporan keberadaan kamp-kamp konsentrasi Serbia. Menurutnya, ada 94 kamp konsentrasi  di Bosnia, dan 11 buah di negara Serbia dan Montenegro. Puluhan ribu Muslim dimasukkan ke kamp-kamp tersebut untuk memusnahkan etnis Bosnia. Sekolah, rumah sakit dan masjid diubah menjadi tempat siksaan dan kematian. Bulan sebelumnya, pemerintah Bosnia sendiri dan beberapa organisasi kemanusian di sana juga telah menyerahkan detail laporan sejenis ke PBB dan pemerintah-pemerintah Barat. Tapi, semua laporan itu ditutup begitu saja oleh PBB dan Barat.

Keberadaan kamp-kamp kematian itu dengan segala kekejamannya baru terbongkar setelah disiarkan oleh surat kabar The Guardian dan televisi ITN awal Agustus 1992.

Pada 9 Agustus 1992, Muhammad Sacirbey, dubes Bosnia di PBB, resmi menuduh Masyarakat Eropa dan PBB menutup-nutupi informasi di atas.

Pemerintah Amerika juga berbulan-bulan menutup telinga rapat-rapat terhadap laporan intelijennya sendiri yang membeberkan informasi kekejaman pasukan Serbia di Bosnia, Juni tiga tahun lalu. Padahal, laporan itu dikumpulkan dari para agen yang beroperasi di darat, satelit mata-mata serta komunikasi radio dan telepon jarak jauh. Menurut harian The Guardian waktu itu, Washington menganggap laporan itu hanya guyonan belaka.

Begitu juga PBB. Larangan terbang di Bosnia selalu dilanggar Serbia, dan PBB diam seribu bahasa. Tak sebutir peluru pun meluncur dari senjata pasukan PBB atau NATO ke arah pesawat-pesawat itu. Padahal, resolusi DK PBB telah memberi hak sepenuhnya untuk menembaknya.

Ketika pasar Markale di Sarajewo diserang mortir Serbia yang menewaskan 80 warga sipil, PBB juga hanya mengeluarkan ultimatum dan kemudian memaafkan aksi barbar Serbia tersebut. Sarajewo termasuk “wilayah aman” pula.  

Ketika Serbia merangsek ke Srebrenica, tentara PBB asal Belanda rela dilucuti seluruh senjatanya. Begitu pula tentara asal Ukraina di Zepa. Tapi ketika pasukan pemerintah Bosnia berusaha melucuti senjata tentara PBB di sebuah pos di Zepa, tentara asal Ukraina sudah merusakkan seluruh senjata yang mereka punyai hingga tak bisa digunakan oleh pihak Bosnia.

Tiga puluh bulan lalu, PBB masuk ke Srebrenica -konon untuk menjadikannya “daerah aman” dan melindungi warga setempat. Syaratnya, seluruh senjata pasukan Bosnia dilucuti dan dibakar. Tapi tiga pekan silam, PBB menyerahkan kota itu ke Serbia. Kini pasukan Muslim di Gorazde diimbau PBB untuk menyerahkan senjata mereka, dengan janji kota itu akan dipertahankan PBB.

Belum lagi soal embargo yang hanya efektif berlaku untuk pihak Muslim Bosnia. Pengamat PBB selalu membiarkan pelanggaran embargo dari Milosevic, Yunani, Rusia, Bulgaria dan Ukraina yang mengirim senjata dan bahan bakar ke Serbia-Bosnia. Skenario apalagi yang tengah dirancang PBB disana? (Mansyur Alkatiri)

BACA JUGA:
Dr. Irfan Ljubijankic Syahid di Bosnia
Mindanao Terus Menyimpan Bara
Kosovo, Target Serbia Berikutnya

By mansyur

5 thoughts on “Sandiwara Damai PBB di Bosnia”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *