Tak Lagi Tersaingi

Oleh: Mansyur Alkatiri

Dari: Majalah UMMAT, No. 28 Thn III, 26 Januari 1998 / 27 Ramadhan 1418 H

RONALDO. Mengincar Perancis
RONALDO. Mengincar Perancis

Ronaldo kembali dinobatkan FIFA sebagai pemain terbaik dunia

Tak ada yang kaget mendengar namanya dinobatkan kembali oleh FIFA sebagai Pemain Terbaik Dunia, Senin (12/1) lalu. Hampir seluruh insan bola dunia mafhum, Ronaldo Luiz Nazario de Lima selama tahun 1997 melejit sendirian tanpa saingan berarti. Baik saat memperkuat klub besar Barcelona (Spanyol) dan Inter Milan (Italia), maupun tim nasional Brasil sendiri. Ronaldo sangat pantas menerima gelar terhormat itu.

Bertempat di Disneyland, World Player Gala, dekat kota Paris, ke-121 pelatih nasional yang ditugasi FIFA memilih pemain terbaik itu memberi nilai tertinggi bagi Ronaldo (480). Nilai itu jauh diatas Roberto Carlos (65), rekannya di timnas Brasil yang bermain untuk Real Madrid (Spanyol). Dua bintang Eropa, Dennis Bergkamp (Belanda, Arsenal) dan Zinedine Yazid Zidane (Perancis, Juventus) ada di tempat ketiga (62).

Sebelum dianugerahi gelar diatas, Ronaldo juga terpilih sebagai Pemain Terbaik Eropa 1997 oleh Majalah Football (Perancis) dan Pemain Terbaik Dunia 1997 oleh majalah World Soccer. Sejak FIFA menggelar acara pemilihan pemain terbaik dunia pada 1991, baru kali inilah ada pemain yang mampu merebutnya dua kali berturut-turut. Ronaldo juga pemain termuda (20) ketika pertama kali meraih gelar itu tahun silam.



“Ia sangat cepat dan cekatan,” komentar Franz Beckenbauer, mantan bintang Jerman yang sukses mengantar negaranya menjadi juara dunia, baik sebagai pemain (1974) maupun sebagai pelatih (1990). “Tekniknya hebat. Kontrol bolanya sempurna. Dengan modal instink itu, sangat sulit bagi lawan menghentikannya mencetak gol,” puji sang “Kaisar”.

“Brasil beruntung memiliki Ronaldo,” tukas Terry Venables, mantan pelatih nasional Inggris yang kini menangani Australia. “Jika kami punya Ronaldo, kami bisa juara dunia,” katanya selepas tim asuhannya dilumat 0 – 6 oleh Tim Samba di final Piala Konfederasi bulan lalu di Riyadh, Arab Saudi. Tiga gol dibuat oleh sang bintang berkepala plontos ini.

Efektif

Ronie, begitu ia biasa dipanggil, lahir 22 September 1976 di Bento Ribeiro, perkampungan kumuh dekat Rio de Jeneiro. Seperti halnya maha bintang Pele dan bintang-bintang Brasil lainnya, Ronaldo mulai menyepak-nyepak bola di jalan-jalan berdebu Rio.

Menurut pengakuan Jairzinho, pelatih yang berjasa memoles Ronaldo di masa remaja, kemampuannya di masa kecil sebetulnya tak terlalu istimewa, meski tubuhnya lebih besar dari pemain sebayanya. “Tapi entah kenapa sekarang perkembangannya begitu cepat,” kata mantan pemain yang membawa Brazil juara dunia 1970.

Setelah satu tahun bermain di klub amatir Social Ramos, ia pindah ke klub divisi dua Sao Cristovao di Rio de Janeiro, lalu ke klub divisi satu Cruzeiro di Belo Horizonte. Disinilah namanya mengkilap, membuat pelatih timnas Carlos Alberto Perreira kepincut merekrut bintang 17 tahun itu dalam squad Samba ke Piala Dunia 1994. Sayang sepanjang kejuaraan, ia tak sempat dimainkan.

Bakatnya semakin bersinar setelah memperkuat PSV Eindhoven (Belanda) dan Barcelona (Spanyol). Kendati tak sempat membawa keduanya sebagai juara nasional, Ronaldo muncul sebagai top scorer. Ia membawa Barcelona sebagai juara Piala Winners Eropa. Di klub barunya sekarang, Inter Milan, Maradona juga terus melahirkan gol demi gol, bersaing ketat dengan Gabriel Batistuta (Fiorentiena, Argentina).

Kehebatannya menggocek bola membuatnya kini dilirik sebagai pengganti Pele. Ia juga disejajarkan dengan tiga “dewa” lain dalam legenda sepakbola: Alfredo Di Stefano, Johan Cruyff dan Diego Maradona. Tapi Ronaldo sendiri menganggap dirinya masih jauh dari mereka berempat.

Pengakuan Ronaldo didukung Mario Lobo Zagallo, pelatih nasional Brasil. “Meski Ronaldo itu penyerang terbaik Brasil dan dunia, dia perlu waktu panjang untuk menggapai kebesaran Pele.”

Tipe bermain Ronaldo memang berbeda dengan Pele, Maradona dan Di Stefano. Ketiga mantan superstar itu lebih variasi bermain dan menjadi roh permainan timnya, disamping piawai mencetak gol. Sedangkan Ronaldo itu seorang spesialis. Ia tipe penyerang tengah klasik, yang selalu melihat jalan langsung ke gawang.

Cara bermainnya itu mungkin dinilai kurang elegan dan kurang sentuhan estetis. Ia juga kurang mampu berfantasi di lapangan. Tapi harus diakui, Ronaldo bermain lebih efektif. Ia lebih cepat, lebih liat, dan lebih tajam intuisinya mencetak gol. Ditambah kemampuannya melakukan trik-trik dan gerakan-gerakan yang sulit diduga, Ronaldo menjelma sebagai hantu menakutkan bagi setiap kiper tim lawan.

Mendekati Piala Dunia, kian banyak yang bertanya, apakah “Anak Ajaib” ini mampu memecahkan rekor 13 gol Just Fontaine (Perancis) dalam satu Piala Dunia? “Saya tentu memikirkannya. Tapi yang lebih penting bagi saya adalah membawa Brazil juara dunia lagi,” kata Ronaldo. Baginya, sukses tim lebih utama dibanding keberhasilan pribadi.*

Mansyur Alkatiri

By mansyur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *