REFORMASI WENGER MEMBAWA BERKAH
Oleh: Mansyur Alkatiri
SUMBER: Majalah UMMAT, No. 43 Thn. III, 18 Mei 1998
Arsenal menjadi juara liga Inggris ke-11 kalinya. Piala FA juga diincarnya
Tak ada orang sebahagia Arsene Wenger di London saat ini. Ia menjadi pujaan publik bola di ibukota Inggris itu, setelah membawa Arsenal, klub kebanggaan mereka, sebagai juara liga untuk ke-11 kalinya, Minggu pekan silam. Klub berjulukan The Gunners itu memastikan diri sebagai juara liga musim kompetisi 1997/1998 setelah memukul telak Everton 4-0, di kandang sendiri. Wenger, pria asli Perancis, adalah juga pelatih asing pertama yang mampu membawa sebuah klub menjadi juara di Liga Inggris.
Kenyataan itu amat kontras dengan saat ia pertama datang di London, September 1996. Waktu itu publik Arsenal tak percaya ia mampu membawa klub itu menjadi raja baru di Inggris, apalagi Eropa. “Siapa Arsene?” tanya hampir setiap media yang terbit di London saat itu. Maklum, Wenger baru melatih di Jepang, negara yang tak begitu dianggap di elite sepakbola dunia.
Namun segala ejekan dan kesangsian itu dihadapi Wenger dengan tegar. Ia tak perlu mengumbar janji untuk membawa Arsenal menjadi juara sesegera mungkin. Wenger dengan tenang justeru mengatakan, tahun pertama di klub barunya itu sebagai tahun belajar. “Setiap manajer punya cara sendiri dan selalu sulit bagi para pemain untuk menerima aturan baru.”
Cara Wenger cukup radikal. Ia menutup bar pemain di Highbury, markas Arsenal, tempat pemain bermabuk-mabukan. Ia juga menerapkan diet secara ketat pada setiap pemain. Ia membawa metode latihan berciri Eropa daratan. Pemain-pemain tua Arsenal, yang dikenal susah diatur, awalnya menentang pendekatan baru itu. Namun akhirnya mereka mengakui kalau Wenger yang benar. Kesegaran tubuh pemain meningkat, dan prestasipun membanggakan. Mereka kini jadi pendukung antusias reformasi Wenger.
“Saya tak berkata telah melakukan revolusi,” jelas Wenger tentang perubahan yang berhasil ia lakukan. “Ini hanyalah perpaduan. Pemain telah menyesuaikan diri dan sayapun ikut beradaptasi, guna menciptakan keseimbangan baru.” Pria workaholic ini memang akhirnya menerima bujukan keras dari asistennya, Pat Rice, agar tetap memberi hari libur dan rileks bagi pemain Inggris.
Demokratis
Wenger pada dasarnya seorang sensitif dan banyak menuntut. Ia mulanya tak suka dengan penolakan dari para pemain lama, dan ingin mengganti mereka dengan pemain baru yang bisa menuruti kemauannya. Tapi akhirnya ia berubah pikiran. “Para pemain itu masih sangat diperlukan Arsenal,” tuturnya. Namun ketika musim pertamanya usai, dan Arsenal hanya berada di urutan ketiga, Wenger tak pikir lama lagi untuk lekaukan perubahan.
“Kami bisa jadi juara tahun lalu, tapi sayang harus kehilangan semua pertandingan besar,” katanya. “Kami kalah dari Manchester United, Newcastle, Liverpool dan Chelsea. Tak ada jalan lain kecuali membawa pemain-pemain yang tepat untuk mengubah keadaan itu.” Lantas macan tua David Platt, Paul Merson dan John Hartson, digantikan posisinya oleh Emmanuel Petit, Nicolas Anelka dan Marc Overmars.
Hasil awalnya sungguh menakjubkan: 12 kali main tak terkalahkan. Yang paling bersejarah adalah keberhasilan memukul juara bertahan Manchester United di Highbury 3 – 2 pada 9 November lalu. Padahal di musim sebelumnya, United bersama Liverpool dan Newcastle mampu melibas Arsenal dalam dua pertandingan. “Hasil itu membuat kami yakin bisa mengalahkan tim-tim besar. Selanjutnya tinggal masalah konsistensi,” kata Wenger.
Namun kelabu sempat pula hinggap di kubu Arsenal, tatkala harus menelan 4 kekalahan pahit di bulan Desember. Dan Wenger menampakkan sisinya sebagai pelatih yang cerdas dan demokratis. Dalam sebuah debat panas, kapten tim Tony Adams, meminta agar kuartet pertahanan yang dikomandoinya didukung pula oleh pemain lini lain. Pemain tengah dan depan harus punya tanggungjawab bertahan pula.
Wenger sepakat dengan Adams. Ia lantas tugaskan dua pemain tengahnya, Petit dan Patrick Vieira, membantu lini pertahanan. Ia juga menuntut pemain depannya untuk mengejar dan mengganggu pemain lawan yang masuk ke daerahnya. Hasilnya sangat menakjubkan. Arsenal tak pernah kalah lagi sejak Januari lalu. Dan gelar juarapun tak sulit lagi digapainya.
Arsenal juga tak mengalami masalah besar, ketika beberapa bintangnya tak bisa bermain akibat cidera. Kualitas para pelapisnya tak kalah hebat. Misalnya duet striker pengganti, Nicolas Anelka (Perancis) dan Christopher Wreh (Liberia). Mereka berdua sukses mengangkat Arsenal saat duet utama, Dennis Bergkamp dan Ian Wright, lama absen dilanda cidera.
Kini setelah sukses di Liga, Arsenal siap meladeni Alan Shearer Cs. dari Newcastle United dalam final Piala FA 16 Mei mendatang. Melihat grafik permainan Tony Adams Cs. yang terus konsisten naik, rasanya tak susah The Gunners mengulang kejayaan 1991, merebut dua gelar bergengsi liga Inggris sekaligus.
Mansyur Alkatiri