Pilihan Sulit di Negeri Dua Pulau

Oleh MANSYUR ALKATIRI

Majalah UMMAT Thn. I No. 13, 25 Desember 1995 / 3 Sya’ban 1416 H

Pemimpin Jama’atul Muslimin lolos dari usaha pembunuhan. Upaya membungkam penentang vokal korupsi?

Pemilihan umum yang berlangsung di Trinidad dan Tobago, November lalu, tak mengubah nasib Jama’atul Muslimin. Kelompok Muslim yang dikenal vokal mengecam praktik korupsi yang meluas di negeri ini tetap saja ditindas. Banyak anggotanya mendekam dalam penjara dan disiksa sampai mati. Ada pula yang diserang di tempat-tempat umum oleh satuan polisi khusus.

Pertentangan antara Jama’at dengan penguasa negeri yang terletak di wilayah paling selatan Kepulauan Karibia ini sudah berlangsung lama. Puncaknya terjadi pada 1990, saat anggota Jama’at secara nekad menduduki gedung parlemen dan menyandera beberapa anggotanya selama lima hari. Aksi ini dilakukan untuk menarik perhatian umum terhadap tindak korupsi besar-besaran yang terjadi di lingkungan pemerintahan.

Penyanderaan berakhir setelah ada jaminan tertulis dari pemerintah yang akan memberi amnesti pada para penyandera. Namun kemudian pemerintah ingkar janji. Para anggota Jama’at itu ditahan. Kasus ini akhirnya berakhir di pengadilan yang kemudian menganggap kesepakatan antara Jama’at dan pemerintah harus ditaati. Para anggota Jama’at itu pun dibebaskan.

Meski demikian, penindasan terhadap para anggota Jama’at tetap berlanjut. Salim Muwakil, ketua kelompok ini, bahkan nyaris tewas dalam suatu usaha pembunuhan, akhir Agustus lalu. Mobil yang ditumpanginya diberondong tembakan para penyerang tak dikenal. Ia selamat setelah melompat keluar mobil. Tapi Muhammad Abdul Aziz, anggota Jama’at yang mengemudikan kendaraan, terkena tembakan. Aziz lantas ditarik keluar mobil oleh para penyerang itu, dipukuli dan ditembak mati. “Saya bisa lolos karena dilindungi oleh beberapa mahasiswa dan polisi kampus,” kata Muwakil.

Tak jelas, siapa pembunuh Abdul Aziz. Tapi surat kabar lokal, Friday Mirror, yang mengutip seorang sumber dalam pemerintah menuduh, “Multi-Optional Police Section (MPOS) berada di belakang pembunuhan itu.” MOPS adalah satuan keamanan khusus yang dibentuk salah seorang menteri. Beberapa menteri memang membentuk satuan keamanan sendiri di luar kepolisian. PM Patrick Manning menolak terlibat.

“Kejahatan” utama Jama’at di mata pemerintah adalah: terlalu lantang menuding para pejabat dan usahawan korup yang telah menghancurkan perekonomian negara dua pulau ini. Trinidad menghasilkan minyak bumi dan seharusnya memiliki standar hidup yang tinggi. Namun, perilaku korup para politisi dan usahawan yang bekerjasama dengan IMF (International Monetary Fund) telah menggerogoti miliaran dolar kas negeri ini.

Trinidad dan Tobago merdeka pada 1962 dari Inggris. Beribukota di Port of Spain. Penduduknya 1,3 juta jiwa, terdiri dari beragam etnis. Yang terbesar adalah keturunan Afrika, 43 persen. Keturunan India berjumlah 40 persen. Sisanya adalah keturunan Eropa, Arab, dan Cina. Jumlah kaum Muslim sekitar 20 persen, umumnya keturunan India.

Perubahan pemerintahan hanya akan membawa sedikit perubahan bagi penduduk Trinidad. Lebih-lebih bagi Jama’at. Bila mereka tak berbuat apapun, para anggotanya akan dibunuh satu persatu. Tapi bila bangkit, mereka akan dicap sebagai “teroris”. Mereka kini terperangkap dalam permainan kotor para politisi dan usahawan korup.* (Mansyur Alkatiri)

BACA JUGA:
Mesir, Pemilu Model Mubarak
Siprus Turki Menanti Pengakuan
Muslim Bulgaria Kembali Merasa Terancam

By mansyur

One thought on “Pilihan Sulit Muslim Trinidad dan Tobago”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *