Lega Untuk Sementara
Oleh: Mansyur Alkatiri
Dari: Majalah UMMAT, No. 27 Thn. III, 19 Januari 1998 / 20 Ramadhan 1418 H
Rencana Malaysia memulangkan 500 ribu TKI kian menghantui krisis ekonomi di tanah air. Untung rencana itu urung dilakukan.
Di tengah resesi besar yang tengah melanda seluruh negeri, kabar akan dipulangkannya ratusan ribu pekerja Indonesia dari Malaysia, memang terasa menyesakkan. Namun apa mau dikata, negeri jiran tersebut juga tengah mengalami resesi, kendati tak separah Indonesia. Dan rencana pemulangan satu juta tenaga kerja asing dari negeri itu merupakan salah satu cara yang diambil Kuala Lumpur untuk mengurangi beban krisis.
Berita rencana pemulangan tenaga kerja asing itu dilansir wartawan akhir pekan silam dari Deputi Menteri Dalam Negeri Datuk Tajol Rosli Ghazali. Menurut Ghazali, pihaknya kini tengah mempertimbangkan memulangkan satu juta pekerja asing, terutama di sektor perniagaan dan konstruksi. “Kekosongan yang ditinggalkan TKA nantinya akan diisi oleh tenaga kerja lokal,” ujar sang menteri.
Kebijakan yang dimaksudkan sebagai penghematan ini kontan meresahkan TKI yang bekerja disana. Maklum, diantara jumlah satu juta yang akan dipulangkan setengahnya adalah tenaga kerja Indonesia (TKI).
Keresahan juga menghantui Jakarta yang harus menerima kepulangan ratusan ribu TKI di saat lapangan kerja di dalam negeri terpangkas habis oleh krisis moneter berkepanjangan.
Ketika dimintai konfirmasi oleh UMMAT, pihak Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta menyatakan baru tahu masalah itu dari koran. Belum ada penjelasan resmi dari Kuala Lumpur. “Di koran-koran Malaysia memang disebut, kalau Timbalan (Deputi) Menteri Dalam Negeri mengatakan bahwa di saat keadaan ekonomi yang krisis begini kemungkinan besar kita tak mampu lagi menggaji pekerja asing. Mereka akan dipulangkan setelah kontraknya habis,” tutur Tarmizi Hashim, Konsul Informasi Kedubes Malaysia.
Dari sekitar dua juta pekerja asing di Malaysia, satu juta di antaranya berasal dari Indonesia. Tapi seperti dikutip Republika dari A. Nawawi, atase pers KBRI Kuala Lumpur, hanya 600 ribu TKI yang sudah terdaftar di Departemen Imigrasi. Sisanya adalah TKI ilegal. Sebagian besar bekerja di sektor perkebunan, konstruksi, jasa, industri, dan perniagaan. Mereka umumnya tenaga non-skilled dan semi-skilled.
Berdoa saja
Menghadapi kemungkinan situasi buruk itu, Menteri Tenaga Kerja Abdul Latief nampak kalem-kalem saja. Ia bahkan menafsirkan pernyataan Datuk Ghazali sebagai baru pada taraf ide.
“Kalaupun ada pemulangan, mereka memberitahukan dua atau tiga bulan sebelumnya,” kata latief pada UMMAT Rabu (7/1) kemarin. Latief memperkuat argumentasinya dengan menjelaskan pertemuannya dengan Menteri Tenaga Kerja Malaysia bulan lalu. “Beliau tidak mengatakan akan ada pemulangan,” tambahnya.
Tapi Abdul Latief juga menyatakan pemerintah sedang menyediakan pekerjaan padat karya dalam jangka pendek. “Pekerjaan itu diatur oleh Bappenas. Saya cuma terima jadi berapa kesempatan peluang dalam proyek tersebut,” ujarnya. Proyek tersebut sebelumnya difokuskan untuk pekerja konstruksi yang kehilangan pekerjaan di Indonesia akibat krisis.
Maka entah karena menangkap keresahan itu, atau karena sebab lain, Datuk Ghazali kemudian meralat ucapannya. Dalam konperensi pers yang digelar di Kuala Lumpur Kamis (8/1), Ghazali menyatakan bahwa pihaknya tak memiliki rencana memulangkan lebih dari satu juta pekerja asing karena tekanan penurunan ekonomi Malaysia. “Hanya pekerja sektor jasa yang tak bisa disebarkan kembali ke industri lain yang akan dipulangkan,” tegasnya.
Penjelasan ralat Ghazali diatas cukup melegakan pemerintah Indonesia dan TKI di Malaysia. Sungguh tak bisa dibayangkan di tengah jutaan pengangguran korban resesi, kita harus menerima kembalinya 500 ribu pekerja yang rata-rata kurang trampil itu. “Itu akan berdampak serius. Susah mengatasinya,” tukas Nina Sapti, peneliti pada LPEM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
“Sektor formal dan informal di Indonesia kan sedang sulit. Kita hanya bisa berdoa sajalah.”
Krisis moneter yang berlangsung sejak pertengahan tahun lalu itu telah menyebabkan pemutusan hubungan kerja (HPH) 51.725 pekerja dari 125 perusahaan. Ini angka yang resmi. Krisis ekonomi ini juga diperkirakan telah membuat hampir dua juta orang kehilangan pekerjaan, terutama mereka yang bekerja di sektor properti, konstruksi, tekstil dan pakaian jadi.
Sumber di Departemen Tenaga Kerja juga menyebutkan, tahun ini akan ada tambahan pengangguran terbuka sekitar 1,4 juta orang. Dari 2,7 angkatan kerja baru, hanya 1,3 juta orang yang bisa diserap. Ini semakin menambah beban pemerintah mengingat tahun lalu angka pengangguran terbuka sudah mencapai 4,4 juta orang. Maka untung saja pemulangan TKI itu tak terjadi.
Laporan: Hendy Susanto, Agung Puspito
Muat semua mansyur
Sayang koleksiku yang selamat dari banjir tak banyak.
Telni yang punya lengkap. Saya sudah nyoba pinjam tapi masih belum dapat. Sibuk sekali dia.
Bagaimana jika Ummat dihidupkan lagi ?
Biarlah Ummat menjadi sejarah yang manis.
Ini hendi? Apa kabar?