Saling Tuding Saudara Sendiri
Oleh: Mansyur Alkatiri
Dari: Majalah UMMAT, No. 39 Thn. III / 20 April 1998
Pemerintah Palestina yakin Mohieddin Sharif dibunuh rekan sendiri. Sebaliknya Hamas menuduh pemerintah berkolaborasi dengan Israel
Jenazah Mohieddin Sharif sudah terkubur tenang di Pemakaman Syuhada, Ramallah. Namun kontroversi kematian komandan kelompok bersenjata Izzeddin al-Qassam di Tepi Barat itu terus meluncur. Kini bahkan menyibakkan pertentangan serius di antara warga Palestina sendiri.
Awalnya adalah pengumuman pihak keamanan Palestina, yang menyatakan Mohieddin tewas akibat pergulatan kekuasaan di dalam tubuh Hamas sendiri. Pernyataan ini ditolak keras Hamas, yang balik menuduh pemerintah Palestina turut berkomplot dengan Zionis Israel membunuh Mohieddin, guna menyelamatkan proses perdamaian PLO-Israel.
Hasil penyelidikan Otoritas Palestina (PA) menyebutkan, Sharif ditembak oleh anggota HAMAS lainnya. Sebuah mobil lantas diledakkan didekat mayat Sharif guna menghilangkan bukti. Keamanan Palestina mengatakan, mereka telah menangkap beberapa anggota HAMAS berkaitan dengan pembunuhan itu. Ahli perakit bom itu ditemukan tewas di samping sebuah mobil yang meledak, akhir Maret di kota Ramallah, Tepi Barat.
Kematiannya menyulut protes massa Palestina. Hamas pun mengancam akan membalas dendam pada Israel, yang dianggapnya membunuh Sharif, meski Tel Aviv membantahnya. Diduga mereka akan mengulangi aksi bom bunuh diri dua tahun lalu. Lebih 50 warga Israel terbunuh dalam empat serangan, menyusul pembunuhan atas Yahya Ayash, pemimpin utama al-Qassam, oleh dinas rahasia Israel.
Tapi kini keadaan jadi berbalik. Hasil penyelidikan yang dipimpin Tayeb Abdel-Rahim, sekjen kepresidenan Palestina, justeru menempatkan Hamas sebagai tertuduh. Adel Awadallah, tokoh utama al-Qassam lainnya, dituding berada dibalik kematian Sharif.
Hasil penyelidikan itu telah menghapus tuduhan bahwa Israel lah yang membunuh Sharif. “Saya berani sebutkan, Israel tak bertanggungjawab atas peristiwa itu,” tukas Menteri Perencanaan Nabil Shaath, yang juga juru runding Palestina. Hal ini membuat Tel Aviv lega. “Saya pikir ini bisa membuka jalan baru untuk proses perdamaian,” ujar PM Benyamin Netanyahu.
Perang Saudara?
Tapi bagi Hamas, hasil penyelidikan itu tentu sangat menyudutkan. Dalam pesan yang disebarkan melalui kaset video, al-Qassam, sayap militer Hamas, terang-terangan menuding pihak keamanan Palestina telah bekerjasama dengan Israel menghabisi Sharif.
“Tuduhan palsu dan menyesatkan itu dimaksudkan untuk membersihkan dosa kriminal Zionis,” tulis sebuah selebaran dari Izzeddin al-Qassam. “Namun itu tak berpengaruh pada rencana balas dendam yang disusun komando Qassam.”
Abdel Aziz Rantisi, pemimpin politik HAMAS di Jalur Gaza, juga menganggap hasil penyelidikan itu “tak bisa diterima.” Ia bersikeras, Israel lah yang bertanggungjawab atas kematian Mohieddin.
Disamping menuduh adanya kolaborasi PLO-Israel, Hamas juga menuntut diberhentikannya beberapa pemimpin Palestina, terutama Tayeb Abdel-Rahim dan Jibril Rajoub, Kepala Keamanan Palestina di Tepi Barat. “Otoritas harus memecat mereka yang terlibat dalam kejahatan membunuh mujahid suci al-Sharif bagi kepentingan Zionis,” bunyi sebuah selebaran.
Melihat betapa gencarnya pejabat-pejabat Israel mendekati para pemimpin PA setelah tewasnya Sharif, tuduhan kolaborasi itu memang sulit dihindarkan. Bisa jadi Yasser Arafat memperoleh konsesi baru menyangkut proses perdamaian, dari negeri teroris Yahudi itu, dengan syarat tak menyangkutkan Israel dalam kasus tewasnya Sharif.
Bertubi-tubinya tudingan balik seperti itu, membuat Otoritas Palestina jadi merah telinga. Keamanan PA selama ini dikenal sangat keras memperlakukan lawan politiknya. Menurut banyak laporan lembaga HAM Palestina maupun internasional, Keamanan PA sering melanggar HAM, seperti menyiksa tahanan. Beberapa aktifis Hamas sampai mati dipenjara akibat siksaan keras.
Dan nampaknya, rakyat Palestina sendiri meragukan kebenaran hasil penyelidikan pemerintahnya. Mereka sulit percaya bila dua petinggi geraan yang mendasarkan perjuangan pada nilai agama, saling berbunuhan karena berebut kekuasaan. Apalagi Hamas sangat populer karena aksi-aksi kemanusiaan yang mereka lakukan.
Entah karena merasa balik tersudut, Keamanan Palestina Kamis kemarin menangkap Abdel Aziz Rantisi di Gaza. “Rantisi ditangkap untuk dimintai keterangan sehubungan beberapa pernyataan Hamas yang bertentangan dengan kepentingan nasional kami dan Otoritas Palestina,” tegas Ghazali Jibali, Kepala Polisi Palestina.
Namun penahanan itu justeru kian meningkatkan suhu konflik PA-Hamas. Untuk meredamnya, anggota parlemen Palestina Hatem Abdel Khader menyarankan agar dilakukan penyelidikan ulang atas kematian Sharif. “PA dan Hamas mesti bersama melihat kembali keseluruhan masalah, guna menghindari perang saudara diantara kita, ” katanya. Sebuah ajakan simpatik. Tapi masih adakah saling percaya?