Oleh MANSYUR ALKATIRI
Majalah UMMAT, Tahun I No. 23, 13 Mei 1996 / 25 Zulhijah 1416 H
Muslim India terpecah dalam menentukan pilihan di parlemen. Sebagian masih menolak Partai Kongres.
Selama puluhan tahun umat Islam India setia memilih Partai Kongres yang sekular. Namun, dalam pemilu parlemen mulai 27 April ini, suara mereka bakal terbelah. Sikap pemerintah Rajiv Gandhi yang tak mencegah aksi penghancuran Mesjid Babri oleh kaum fundamentalis Hindu pada 1992 membuat muslimin kecewa berat. Pengganti Gandhi, PV Narasimha Rao juga ingkar janji membangun kembali mesjid tua itu.
Sementara itu, tokoh-tokoh Muslim sendiri juga miris melihat bangkitnya kaum fundamentalis Hindu, yang secara nasional diwakili oleh Partai Bharatiya Janata (BJP) pimpinan Lal Krishna Advani. Partai oposisi terbesar di India ini berada di urutan kedua dalam pemilu 1991 dan menang di beberapa negara bagian besar. Bersama partai fundamentalis Hindu lainnya yang lebih radikal, Shiv Sena (Tentara Syiwa), mereka memerintah di Bombay, ibu kota negara bagian Maharashtra.
Semua Muslim sepakat bahwa BJP harus kalah. Sebab, partai inilah yang telah menyebarkan kampanye nasional yang menyebabkan aksi penghancuran Mesjid Babri di Ayodhya pada 6 Desember 1992. Penghancuran mesjid dari abad ke-16 ini terjadi setelah BJP dan kelompok-kelompok Hindu fanatik mengklaim bahwa mesjid itu dibangun di atas reruntuhan sebuah kuil Hindu yang dihancurkan. Penghancuran mesjid ini diikuti kerusuhan berdarah di hampir seluruh negeri dan menewaskan lebih dari 5.000 jiwa, yang sebagian besarnya Muslim.
Kekhawatiran terhadap BJP memang akhirnya mendorong beberapa ulama dan tokoh Islam kembali menoleh ke Partai Kongres. Syed Ahmad Bukhari, wakil imam di Mesjid Jama, New Delhi, seperti dilaporkan surat kabar The Hindu, kini menyerukan agar muslimin kembali mendukung Partai Kongres. Keputusan yang sama juga diambil All-India Tehrik Himayat-ul-Islam. Pilihan ini dikecam oleh Waseem Ahmad, salah seorang sekjen Partai Janata Dal. “Para pemimpin itu memperjualbelikan kesatuan Muslim. Mereka tak mewakili Muslim,” katanya pada Saudi Gazette.
Mujtaba Ali Khan, salah seorang ulama terkemuka Syiah dan sekjen Majlis-e-Ulema-Va-Waizin, juga menolak Partai Kongres. “Sampai hari ini, mereka tak meminta maaf atas penghancuran Mesjid Babri. Partai Kongres takkan mendapat kepercayaan dari muslimin sampai mereka mengaku bersalah dan membangun kembali mesjid itu di tempat semula,” ujarnya.
Sementara itu, Qaumi Mushawarat Committee (QMC) akan memberi dukungan terbatas pada Partai Kongres. Menurut ketuanya, Javid Habib, yang juga mengetuai Babri Masjid Action Committee. QMC mendukung Kongres di beberapa negara bagian, seperti di Maharashtra, Gujarat, Rajashtan, Madhya Pradesh, dan Delhi. Sementara di tiga negara bagian lain, daerah di mana Partai Kongres lemah, QMC akan mendukung partai lain untuk menahan laju BJP.
Ada tiga isu besar yang kini dihadapi oleh muslimin India: tuntutan pembangunan kembali Mesjid Babri, penjatahan lapangan kerja di pemerintahan, dan rencana unifikasi hukum perdata nasional yang menyudutkan umat Islam. Berjumlah 150 juta dan meliputi 20% dari seluruh total pemilih, Muslim India tidak terwakili secara proporsional dalam parlemen. Hanya ada 28 Muslim di parlemenyang beranggota 545 kursi itu. Partai-partai politik yang ada hanya mendekati Muslim menjelang pemilihan umum. “Setiap partai menjanjikan bulan, tetapi tak seorang pun yang berbuat bagi Muslim sejak India merdeka,” ujar Syed Shahabuddin, dari Partai Samata. Namun kini mereka harus memilih.* MA
BACA JUGA:
Muslim Pattani Thailand Bertahan di Pondok
UU Anti Terorisme Targetkan Muslim
India Bunuh Tokoh HAM Kashmir