Oleh MANSYUR ALKATIRI

Majalah UMMAT Tahun I No. 09, 30 Oktober 1995 / 6 Jumadil Akhir 1416 H

Mumia Abu-Jamal menunggu peradilan ulang. Para pendukungnya yakin, ia dihukum lebih karena alasan politik.

MUMIA ABU-JAMAL. Perkara politik?

Peradilan panjang OJ Simpson usai sudah. Kini perhatian rakyat Amerika beralih pada kasus Mumia Abu-Jamal, wartawan dan aktivis kulit hitam yang dijatuhi hukuman mati 13 tahun lalu di negara bagian Pennsylvania. Abu-Jamal yang dituduh membunuh seorang polisi Philadelphia itu kini tengah menunggu jawaban bagi peradilan ulang.

Siapakah Mumia Abu-Jamal? Mengapa ia harus dijatuhi hukuman mati? Dalam karirnya sebagai wartawan, Abu-Jamal dikenal vocal membela hak-hak kaum Afro-Amerika (kulit hitam) menghadapi sikap rasialis sebagian masyarakat Amerika Serikat. Abu-Jamal yang muslim ini banyak mengungkap aksi brutal polisi Philadelphia terhadap kaumnya. Tulisan-tulisannya tentu saja tak disukai pihak kepolisian Philadelphia yang dikenal “benci” aktivis kulit hitam.

Semasa remaja, Abu-Jamal aktif dalam Black Panther, organisasi kaum hitam radikal. Ia bekerja di departemen penerangan organisasi ini. Untuk kegiatannya itu, Abu-Jamal telah berulang kali keluar masuk penjara. Kantornya pun disegel yang berwajib.

Peristiwa naas itu terjadi pada pukul empat pagi pada 9 Desember 1981. Daniel Faulkner (26), petugas polisi, menghentikan kendaraan William Cook, adik Abu-Jamal. Cook dituduh melanggar lampu lalu lintas. Ketika mereka tengah bersitegang, Abu-Jamal kebetulan lewat di tempat kejadian. Cerita kemudian jadi misterius, entah apa yang sebenarnya telah terjadi. Faulkner ditemukan polisi telah tewas, dengan empat peluru bersarang di punggung dan kepalanya. Abu-Jamal sendiri tergeletak dalam keadaan sekarat, dadanya tertembus peluru. Polisi menemukan pistol kaliber 38, yang terdaftar resmi milik Abu-Jamal, dengan lima butir peluru di dalamnya.

Kasus Abu-Jamal memang penuh teka-teki. Muatan politik dan rasialismenya cukup kental. Yang dipilih menjadi hakim adalah Albert Sabo, yang tercatat paling banyak mengirim terpidana ke kursi listrik, dua kali lebih besar dari seluruh hakim AS lainnya. Hanya ada satu juri kulit hitam di antara 12 juri pengadilan yang ditunjuk Sabo. Sisanya, kulit putih. Mereka ini cuma butuh empat jam untuk berunding sebelum memutuskan Abu-Jamal bersalah pada Julli 1982. Dan hakim Sabo akhirnya menjatuhkan hukuman mati.

Albert Sabo menolak hak Abu-Jamal untuk menggunakan pengacara pilihannya sendiri. Ada tudingan, pemilihan saksi juga telah direkayasa. “Kami punya bukti adanya intimidasi terhadap para saksi. Beberapa saksi kunci yang melihat kejadian justru tak dihadirkan dalam sidang dulu,” kata Leonard Weinglass, pengacara baru Abu-Jamal. “Orang buta saja tahu, tak ada peradilan yang fair terhadap saya,” ujar Mumia, Juli lalu.

Kasus Abu-Jamal mendapat perhatian internasional yang cukup tinggi. Paris, Roma, Berlin, dan kota-kota besar Eropa sering diguncang demonstrasi menuntut pembebasan Abu-Jamal. Kanselir Jerman Helmut Kohl, Menlu Belgia Erik Derycje, Parlemen Eropa dan Parlemen Jepang, termasuk yang mengirim nota permohonan pada gubernur Pennsylvania untuk meninjau kembali hukuman mati itu. Suara protes di Amerika jauh lebih gencar.

Para pendukung Abu-Jamal menganggap, ia diadili lebih karena alasan politik, merujuk aktivitasnya sebagai pejuang kulit hitam yang tergolong radikal, bukan karena kasus pembunuhan. Sebuah petisi yang ditandatangani puluhan tokoh AS dari berbagai macam kalangan menyatakan, “Mumia Abu-Jamal telah dijatuhi hukuman mati karena keyakinan politiknya. Harus ada peradilan ulang.” Penanda tangan petisi tersebut, antara lain, Noam Chomsky, Derrida (profesor), Nadine Gordimer (pengarang), Naomi Campbell (model), Sting (musisi), dan Oliver Stone (sutradara).

Banyak kaum Afro-Amerika sekarang menjadikan Abu-Jamal sebagai simbol perjuangan. Namun, Abu-Jamal sendiri menolak simbol itu, “Saya manusia biasa.” Apakah masih ada keadilan bagi Mumia Abu-Jamal? Kita tunggu saja hari-hari ini.* (Mansyur Alkatiri)

BACA JUGA:
MUSLIM AS: Dirampas dan Dimurtadkan
Pemurtadan Gaya Amerika
KASHMIR, Jerit Jihad di Kaki Himalaya

By mansyur

3 thoughts on “Mumia Abu-Jamal Menanti Keadilan Amerika”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *