Teror Api di Mindanao
Oleh: Mansyur Alkatiri
Dimuat di: Majalah UMMAT, No. 15 Thn. II/ 20 Januari 1997
Kelompok Kristen radikal membakar masjid dan ratusan rumah warga Muslim di Filipina Selatan.
Kelompok Kristen radikal berulah lagi di Filipina Selatan. Mereka membakar sebuah Masjid dan sekitar 200 rumah warga Muslim di desa Bual, Propinsi North Cotabato, pada Selasa pertengahan Desember lalu. Tak ada korban jiwa, tapi ribuan penduduk desa kini menjadi pengungsi. Sementara kerugian harta benda belum diketahui.
Menurut Letnan Noel Detoyato, juru bicara kesatuan militer Filipina di wilayah tersebut, pada kantor berita AFP, para penyerang menyiram rumah-rumah itu dengan bensin, lalu membakarnya. Menurut beberapa laporan, insiden ini merupakan yang kedua dalam satu bulan ini. Akhir November lalu, kelompok teroris yang sama membakar sekitar 90 rumah di daerah Muslim lainnya. Motif serangan itu, kata pemerintah, masih belum diketahui.
Di duga keras, aksi pembakaran tersebut berhubungan erat dengan tewasnya seorang petani Kristen, pada siang hari sebelumnya. Petani itu dibunuh warga Muslim sebagai balasan atas tewasnya dua bocah Muslim, setelah rumah mereka di tembaki oleh orang-orang yang diduga dari kelompok Kristen radikal.
Ancam Perdamaian
Insiden pembakaran di desa Bual itu tak pelak lagi memanaskan kembali suhu pertentangan antara warga Muslim yang merupakan penduduk asli Mindanao dengan kaum imigran Kristen yang dilindungi pemerintah Manila. Untuk mencegah bentrokan besar antar kedua kelompok, polisi kini makin meningkatkan kekuatannya di propinsi North Cotabato.
Kelompok-kelompok Kristen radikal di Mindanao tengah gencar berkampanye –termasuk dengan menggunakan kekerasan– menolak kesepakatan damai antara pemerintah Manila dengan pihak Moro National Liberation Front (MNLF) yang ditandatangani September silam. Menurut catatan Ummat, bulan Maret lalu misalnya, serangkaian ledakan bom menggoncang beberapa wilayah selatan, terutama di Zamboanga City. Pelakunya adalah kelompok Kristen radikal, United Christian Movement (UCM) yang dibantu beberapa pejabat militer dan di danai pengusaha Kristen Mindanao.
Kelompok pejuang Moro Islamic Liberation Front (MILF) mengancam akan membalas tindak pembakaran itu. “Banyak orang yang meminta kami bertindak dan melakukan pembalasan,” ujar jubir MILF Mohagher Iqbal dalam sebuah statement kelompok ini yang diterima harian Arab News (20/12). MILF menuntut pula tindakan nyata pemerintah terhadap pelaku pembakaran. MILF akan mulai perundingan damai dengan Manila Januari mendatang. “Kami mendapat tekanan untuk melakukan penyelidikan sendiri dan menghukum penjahat-penjahat itu bila pemerintah gagal melakukannya,” tandas Iqbal.
Tak hanya MILF yang bereaksi keras. Organisasi Moro terbesar, MNLF pimpinan Nur Misuari, juga menuntut hal yang sama. “Para penyerang itu harus dihukum untuk meredam kemarahan ribuan korban,” timpal Muslimin Sema, sekretaris jendral MNLF. Kekhawatiran akan meluasnya konflik bisa dimengerti mengingat diantara ribuan korban terdapat keluarga para pejuang bersenjata Moro.
“Konflik besar bisa meledak di depan wajah kami dan mungkin sulit kami kontrol,” kata Sema. “Pemerintah nasional harus mengambil tindakan keras terhadap pelaku kejahatan tersebut.” Menurutnya pula, para korban kini telah membentuk kelompok sendiri guna mencari pelaku pembakaran.
Gubernur Zacaria Candao dari propinsi tetangga, Maguindanao, meminta warganya untuk tenang. “Kami takkan membiarkan insiden ini merusak dasar-dasar perdamaian yang telah kami coba letakkan dengan saudara-saudara Kristen kami,” kata gubernur yang Muslim itu.
Tadtad
Ada beberapa kelompok Kristen radikal yang menolak keras rencana pemberian otonomi pada Mindanao seperti tertuang dalam kesepakatan damai Presiden Fidel Ramos dengan pemimpin MNLF, Nur Misuari. Sementara belum diketahui persis kelompok Kristen mana yang melakukan aksi pembakaran, banyak penduduk Muslim di desa Bual meyakini, para pelaku penyerangan adalah anggota sekte Tadtad, versi moderen kelompok Ilaga. Keduanya mendapat dukungan dan digunakan sebagai alat oleh militer Filipina untuk memerangi pejuang Muslim.
Pengikut Tadtad mengaku sebagai Kristen tapi tidak diakui oleh mainstream gereja di Filipina yang memandang praktek-praktek kekerasan kelompok ini sebagai perbuatan sebuah sekte iblis. Mereka dinamakan Tadtad karena suka memotong korban yang mereka bunuh.
Pernah suatu waktu pada masa rezim Ferdinand Marcos di awal 1980-an, anggota Tadtad yang juga merupakan milisi pemerintah, membunuh dan memotong-motong tubuh seorang pastor Katolik asal Italia yang mengkritik perilaku kelompok ini. Kelompok Ilaga di bentuk oleh anggota militer dari kaum imigran Kristen di Mindanao pada 1960-an.* (MA)
[…] JUGA: Siprus Yunani Mengancam Turki Milisi Katolik Filipina Bakar Masjid dan Ratusan Rumah Muslim Anti Islam di Kampus […]