Oleh: Mansyur Alkatiri

Majalah UMMAT No. 7  Thn. I – 2 Oktober 1995 / 7 Jumadil Awal 1416 H

Intelektual dan aktifis gerakan Islam itu telah pergi. Tapi ilmu dan karyanya telah mencerahkan jutaan manusia.


Pemikir besar Islam itu telah berpulang. Dr. Said Ramadhan, kelahiran Mesir, yang mengabdikan seluruh hidupnya bagi dakwah Islam, meninggal dunia, Jum’at 4 Agustus lalu, di Rumah Sakit Jenewa, Swiss. Satu bulan setelah menjalani operasi usus di rumah sakit yang sama. Sejak tahun 1958, Said Ramadhan bersama keluarga tinggal di Swiss, menegakkan dakwah Islam di bumi Eropa.

Said Ramadhan dikenal sebagai seorang pemikir yang tajam, analitis dan strategis. Lahir 12 April 1926 di Shibin El-Kom, sekitar 70 km utara Kairo, Said tumbuh menjadi tokoh intelektual gerakan Ikhwanul Muslimin, Mesir. Ia menjadi sekretaris pribadi Hasan al-Banna, Imam  pendiri gerakan Ikhwan, selepas mendapat gelar sarjana hukum dari Universitas Kairo dalam 1946. Ia kian dekat dengan Imam al-Banna, ketika diangkat menjadi menantu sang Imam.

Said Ramadhan turut sebagai sukarelawan berjihad di Palestina, Mei 1948. Pernah suatu malam, ia bangunkan Raja Yordania, Abdullah. “Yerusalem akan diduduki teroris Haganah dan Irgun. Anda harus mengirim tentara kesana”, katanya pada Raja. Abdullah menuruti nasehatnya, dan berhasil mempertahankan Yerusalem. Raja Abdullah kemudian menunjuk Said mengepalai pengadilan militer di Yerusalem. Namun hanya bertahan dua bulan. Said mundur karena tak mau terpenjara dengan pekerjaan seperti itu.

Said Ramadhan adalah seorang konseptor. Ia membidani kelahiran dua organisasi dakwah internasional, Muktamar Alam Islami (MAI) di Karachi, Pakistan dan Rabithah Alam Islami di Makkah Al-Mukarramah. Ia juga pendiri Islamic Centre Jenewa, Swiss, salah satu pusat Islam terkenal di Eropa, pada 1961. Bersama beberapa kawan ia membentuk jaringan Pusat Islam serupa di London dan Munich.

Said Ramadhan amat perduli terhadap media Islam. Di usia muda, ia memimpin mingguan Islam Al-Shihab, milik Ikhwan. Mingguan ini tutup bersamaan dengan pelarangan terhadap Ikhwan, pada 1948. Ia lalu menerbitkan jurnal bulanan Al-Muslimun, tak lama setelah kembali ke Mesir dari Pakistan, menyusul pencabutan larangan terhadap Ikhwanul Muslimin, tahun 1950.  

Said bersama banyak petinggi Ikhwan sempat mendekam dalam penjara selama 4 bulan akibat tekanan keras Abdul Nasser terhadap Ikhwan, tahun 1954. Ia dibebaskan berkat campur tangan Jendral Naguib. Segera ia pindah ke Damascus, dan meluncurkan kembali Al-Muslimun dalam 1956, yang dipimpin oleh Mustafa Assiba’i, tokoh Ikhwan Syria.

Lima tahun kemudian, Al-Muslimin terbit di Jenewa, setelah edisi Damaskus berhenti akibat tekanan Nasser pada Syria.    

Di Jenewa, Said Ramadhan menerbitkan buku Islamic Law, Its Scope and Equity (Macmillan, London, 1961). Menurut ahli hukum Pakistan, A.K. Brohi, itu adalah “buku yang amat penting bagi Muslim seluruh dunia. Khususnya bagi bangsa-bangsa Muslim yang baru merdeka, yang sedang melepaskan diri dari penindasan pemerintah kolonial, mendirikan tatanan hukum sendiri”.

Said sebenarnya bukan tokoh konfrontatif. Ia pernah menolak bermusuhan dengan rezim Gamal Abdul Nasser. Sikapnya ini sempat mengecewakan kalangan radikal Ikhwan. Ia menganggap, konfrontasi bukanlah jalan terbaik. Namun akhirnya Said berubah sikap setelah melihat Nasser menindas kejam Ikhwanul Muslimin. Said balik menjadi penentang keras Nasser. Nasser menuduh Said melakukan pengkhianatan besar terhadap negara dan menghukumnya 25 tahun secara in absentia. Rezim Nasser juga coba menculiknya dari Jenewa.  

Said Ramadhan memegang paspor diplomatik Pakistan. Namun ia tetap loyal pada Mesir, tanah kelahirannya. Ia tak pernah mau terima pencabutan kewarganegaraan Mesir oleh Abdul Nasser. Sampai akhir hayatnya, Said masih menyimpan paspor Mesirnya, yang telah lama kadaluarsa.

Jasad Dr. Said Ramadhan kini terbaring di komplek pemakaman Imam Syafi’i di Kairo, Mesir, di sebelah kuburan Imam Hasan Al-Banna, mertuanya. Ia meninggalkan seorang isteri, Wafa, anak dari Iman Hasan al-Banna, enam orang anak dan 12 cucu. Ucapan belasungkawa berdatangan dari banyak pemimpin Muslim seluruh dunia. Termasuk dari Presiden Mesir Husni Mubarak, ketua PLO Yasser Arafat dan Raja Hussein dari Yordania.

Ia sudah pergi, tapi ilmu dan karyanya telah mencerahkan jutaan manusia. Dan ilmu yang bermanfaat itu akan terus mengalirkan pahala baginya di akherat. (MA) 

BACA JUGA:
Masalah Ekonomi Ciptakan Kabinet ke-4 Arab Saudi
Kesepakatan Damai Chechnya-Rusia?
Malcolm X, Pahlawan Kulit Hitam yang Kurang Dikenal

 

By mansyur

5 thoughts on “Mengenang Dr. Said Ramadhan”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *