Menang Tapi Digugat
Dari: Majalah UMMAT No. 26 Thn III, 12 Januari 1998 / 13 Ramadhan 1418 H
Tujuh OKP keluar dari kepengurusan DPD I KNPI Jatim yang baru dilantik. Ekses kekisruhan dalam Musda?
Baru saja dilantik, kepengurusan DPD I KNPI Jawa Timur 1997-2000 sudah digugat. Komposisi kepengurusan di bawah ketua umum terpilih Dossy Iskandar Prasetyo, SH, M.Hum (35) dianggap tidak akomodatif oleh 7 Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) anggotanya. Protes ke-7 OKP (GM Kosgoro, Pemuda Pancasila, GP Ansor, Gema Kosgoro, GMNI, Fatayat NU dan Angkatan Muda Islam Indonesia) dinyatakan dengan menarik kadernya dari kepengurusan baru.
Protes “mundur” itu dilakukan setelah kepengurusan baru dilantik oleh Ketua DPP KNPI Ali Masykur Musa, 22 Desember lalu. Ditengarai ada beberapa pengurus pilihan formatur yang melebihi batas usia 40 tahun. Ada pula yang dipilih tanpa rekomendasi induk OKP-nya.
“Komposisi kepengurusan baru tidak akomodatif. Tak memenuhi aspirasi para OKP,” tegas Ketua Fatayat NU Jatim Dra. Yayuk Istihanah. Sedang Wakil Ketua GP Ansor Jatim, Drs. Romadlon Sukardi menilai, proses Musda KNPI Jatim ke-8 kali ini tidak mengkedepankan pemikiran sehat, melainkan lebih sekedar perebutan kursi. “Hingga akhirnya penyusunan pengurus menjurus pada kelompokisme, bukan lagi pendekatan rasional organisatoris,” tandasnya.
GP Ansor memang pantas kecewa. Sebagai salah satu organisasi pemuda besar di propinsi itu, mereka justeru tak terwakili di kepengurusan baru. Hal yang sama dialami oleh Fatayat NU dan Pemuda Pancasila.
Kenapa kekisruhan itu terjadi? Banyak yang menuding Tony Sunarto, yang dalam Musda terpilih sebagai Ketua Majelis Pemuda Indonesia Daerah (MPID) Jatim. Sekwilda Kodya Pasuruan ini dituduh mempengaruhi kerja formatur saat yang bersangkutan diberi kesempatan mendampingi kerja tim formatur. Terpilihnya Toni sendiri sebagai Ketua MPID mengundang pertanyaan mengingat tradisi KNPI yang memilih bekas ketua umum menjadi ketua MPI. Harusnya kursi itu jatuh ke tangan ketua umum periode lalu, Gatot Sudjito (FKPPI).
Tuduhan itu ditampik Tony Sunarto. “Kehadiran saya dalam rapat formatur hanya sebagai pendamping,” jelasnya. Namun tak urung Mohammad Mirdas, salah satu anggota tim formatur dari Pemuda Muhammadiyah, mengakui besarnya pengaruh Tony Sunarto. “Keikutsertaan Tony Sunarto dalam rapat formatur tidak mendidik kedewasaan dan demokrasi di kalangan pemuda,” tukasnya. Maka jika rapat formatur digelar ulang, Mirdas tak ingin ada pihak luar yang campur tangan.
Rawan Kepentingan
Dugaan adanya campur tangan pihak luar itu juga ditepis oleh Kaditsospol Jatim Letkol Baru Sanusi. Kepada UMMAT ia menegaskan, terpilihnya Dossy Iskandar itu murni hasil Musda. “Pemerintah dan ABRI takkan mencampuri urusan intern KNPI,” ujarnya. Kendati demikian, pihaknya masih belum bersedia menerima kepengurusan DPD I KNPI Jatim ini, karena masih adanya masalah di dalam tubuh KNPI sendiri. Baru Sanusi menyarankan DPD berdialog dengan DPP KNPI untuk mencari jalan keluar. “Jika semuanya sudah beres, kami bersedia menerima kepengurusan DPD KNPI Jatim ini,” tegasnya.
Musda yang berlangsung di Pandaan, Pasuruan, 18-21 Desember itu dihadiri 70 utusan yang terdiri dari 37 DPD II KNPI, 32 OKP dan 1 utusan DPP KNPI. Dossy Iskandar berhasil mengantongi suara terbanyak (31 suara) dibanding dua rival utamanya, Gatot Sudjito (27 suara) dan La Nyalla Mataliti (PP, 11 suara).
“Kemenangan Dossy ini murni didukung mayoritas peserta musda,” kata Taufiq Rizqon (24), utusan dari IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah). “Kemenangan Dossy sekaligus merupakan simbol eksistensi kubu idealis dalam tubuh KNPI,” tambahnya.
Kendati tengah mengalami guncangan, Dossy menyatakan siap menjalankan roda kepengurusan. Dosen Universitas Bhayangkara ini kini berusaha mengatasi kemelut dengan pendekatan kultural dan kelembagaan. “Dengan pendekatan ini, Insya Allah perpecahan di tubuh KNPI bisa diselesaikan,” katanya kepada UMMAT di tempatnya mengajar. Ia juga akan melakukan konsolidasi dengan DPP.
Bapak dua anak ini menyesalkan sikap kawan-kawan OKP yang menyatakan “keluar” dari KNPI. Menurutnya, kerja formatur itu sudah final dan terbentuknya formatur marupakan produk Musda. “Jika disangsikan, kenapa baru sekarang?” tanyanya. Komposisi kepengurusan pun, menurutnya, sudah cukup akomodatif. Dari 16 personel Pengurus Harian DPD I KNPI Jatim 1997-2000, PPM, Wirakarya dan FKPPI masing-masing mendapat jatah 2 orang, sedang lainnya masing-masing 1 orang.
Mengamati aksi “gugatan” diatas, pengamat kepemudaan Drs. Aribowo (39), menganggapnya wajar-wajar saja. “Kan banyak OKP dalam KNPI.” Tapi, pembantu dekan III Fisip Universitas Airlangga Surabaya ini menyesalkan, jika yang menjadi pemicu “kericuhan” itu justru berasal dari pihak luar atau oknum lembaga tertentu. Memang, organisasi semacam KNPI ini tergolong “rawan kepentingan” dan “suara titipan”. Jadi?
Laporan: Imam Bukhari (Surabaya)