Perginya Seorang Pejuang
Oleh Mansyur Alkatiri
Majalah UMMAT No. 11 Thn. I, 27 November 1995 / 4 Rajab 1416 H
Fathi Shaqaqi dibunuh Israel. Tapi bom-bom Jihad Islam terus saja menggelegar.
Sedih dan amarah menyatu di dada puluhan ribu massa Palestina dan muslimin Syria yang mengantar jenazah Dr. Fathi Ibrahim Shaqaqi ke pemakaman, Rabu (1/11) lalu. Kumandang takbir memenuhi udara Damaskus, khususnya di kamp pengungsi Palestina, tempat jenazah itu dimakamkan.
“Perdamaian tak ada apa-apanya bila penyakit kankernya, yaitu Israel terkutuk, tidak dimusnahkan”, kata pemimpin Jihad Islam yang baru, Ramadhan Abdallah Shallah.
Usai dishalatkan di masjid, peti jenazah dipanggul para pelayat lebih dari satu kilometer, ke tempat peristirahatan terakhir. Jenazah Shaqaqi dikebumikan di samping makam Abu Jihad, pembantu utama Yasser Aravat dan salah satu arsitek Intifada, yang juga tewas diberondong peluru Mossad di Tunis 7 tahun lalu.
Fathi Shaqaqi (43) dibunuh di depan Hotel Diplomat tempat ia menginap, di kota Sliema, Malta, Kamis 26 Oktober. Ia ditembak lima kali di kepalanya oleh seorang pemuda berkendaraan sepeda motor. Melihat metode pembunuhannya, polisi Malta yakin itu “pekerjaan profesional”. Ini mengarah ke Mossad, dinas rahasia Israel. Seorang ahli terorisme Israel, Yossi Melman, membenarkan kemungkinan ini. “Pembunuhan itu punya ciri-ciri khusus sebagai perbuatan Israel”, tegasnya.
Siapa Shaqaqi
Fathi Shaqaqi lahir di kamp pengungsi Refah, Jalur Gaza, pada 1951. Ia berubah jadi militan saat masih mahasiswa kedokteran di Mesir. Ia bergabung dengan Ikhwanul Muslimin dan amat mengagumi Omar Abdel-Rahman, ulama buta Mesir yang sekarang mendekam dalam penjara Amerika. Ayatullah Khomeini juga menjadi idolanya. “Revolusi Islam di Iran harus menjadi model bagi seluruh muslim”, ujarnya suatu waktu pada salah seorang sahabatnya, Abdul Aziz Shaheen, seorang tokoh al-Fatah.
Pada 1981 Shaqaqi balik ke Gaza dan mendirikan Jihad Islam. Mulanya cuma beranggotakan beberapa orang, namun kini berhasil menarik sekitar 800 aktivis dan menggentarkan kaum Zionis Israel.
Jihad Islam banyak melakukan serangan bom bunuh diri terhadap kepentingan Israel. Pada 22 Januari lalu misalnya, anggota Jihad berkamikaze di Netanya, wilayah Israel, menewaskan 21 tentara Israel. April lalu, aksi serupa menewaskan tujuh tentara Israel di pemukiman Yahudi di Jalur Gaza.
Adik perempuan Shaqaqi, Amneh dan adik laki-lakinya Mohammed, ingat benar masa-masa ketika kakak mereka berkhotbah di depan massa di Gaza. “Ia juga mengajar anak-anak membaca kitab suci Al-Qur’an”, kata Amneh, yang mengenakan pakaian serba hitam tanda berkabung. “Ia menganjurkan orang-orang untuk shalat dan berdoa”.
Pada 1986, Shaqaqi dihukum empat tahun penjara oleh Israel, dengan tuduhan terlibat terorisme. Ia diusir ke Libanon pada 1988. Setelah itu ia melakukan kegiatan dari Syria. Dalam sebuah wawancara dengan Televisi Israel, Shaqaqi pernah mengatakan, “Saya ingin perdamaian yang nyata. Perdamaian yang nyata berarti Israel takkan berdiri”. Dalam buku yang ditulisnya, “Khomeini, The Alternative and The Islamic Solution“, Shaqaqi meramalkan bahwa pembebasan Palestina akan menjadi sarana menyatukan dunia Arab.
Ketika diwawancara majalah Time, Februari lalu, Shaqaqi membantah tuduhan bahwa kelompoknya menjadikan warga sipil sebagai sasaran. “Perintah kami adalah menyerang sasaran militer Israel dan pemukiman Yahudi. Kami tak memberi perintah untuk menyerang orang sipil, tapi itu biasa terjadi dalam setiap peperangan”. Shakaki justeru membuka fakta, sebagian besar korban di kalangan Palestina adalah warga sipil.
Lebih radikal
Dengan membunuh Shaqaqi, Israel berharap bisa meredam aksi-aksi bom bunuh diri amat merugikan mereka. Tapi nampaknya Tel Aviv harus siap kecewa. Pembunuhan yang dilakukan Israel atas Hani Abed, kepala sayap militer Jihad, November 1994, justeru kian menambah aksi kamikaze kelompok ini. Ramadhan Abdallah Shallah (40), pengganti Shaqaqi, dikabarkan lebih radikal. Sarjana ilmu politik ini langsung mengancam Rabin. “Rabin, kami akan menemukan Anda. Anda pengecut!”, ujarnya lantang. Tapi Shallah tak perlu lagi bersusah-susah membunuh PM Israel ini. Rabin telah tewas lebih dulu di tangan seorang ekstrimis Yahudi.
Ancaman itu bukan cuma gertak sambal. Sebuah aksi bom bunuh diri meledak di Gaza, Kamis (2/11). Memang tak sempat menewaskan warga Yahudi, tapi cukup menjadi sinyal, bahwa terorisme negara versi Israel tak akan dibiarkan begitu saja.*
BACA JUGA:
Muslim Albania: Cemas di Tengah Perubahan
Pembunuhan PM Israel Yitzhak Rabin
Mengenang Dr Said Ramadhan
[…] JUGA: Israel Bunuh Fathi Shaqaqi, Pemimpin Jihad Islam Muslim Albania: Cemas di Tengah Perubahan Pembunuhan PM Israel Yitzhak […]
[…] JUGA: Nasib Rekonsiliasi Aljazair di Tangan Zeroual Perundingan Damai Filipina-Moro Israel Bunuh Fathi Shaqaqi, Pemimpin Jihad Islam […]
[…] JUGA: Israel Bunuh Fathi Shaqaqi, Pemimpin Jihad Islam Mengenang Dr Said Ramadhan Erbakan, Sang Penentang […]
[…] Rabin ‘berdosa’ karena mau menyerahkan Tepi Barat kepada pemerintahan otonomi Palestina. “Menurut Maimonides (rabbi Yahudi di abad ke-12): ‘Jika ada seorang […]
[…] JUGA: Proyek Raksasa Hijaukan Sinai Israel Bunuh Yahya Ayyash Israel Bunuh Fathi Shaqaqi, Pemimpin Jihad Islam […]