Pawai demonstrasi meletus di Ashkhabad, ibu kota Turkmenistan, 12 Juli lalu. Mereka menuntut agar diadakan pemilihan presiden dan parlemen baru. Aksi di negara Asia Tengah ini tercetus akibat kesulitan ekonomi berat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Presiden Saparmurat Niyazov yang memerintah Turkmenistan dengan gaya Turkmenbashi atau “Pemimpin Bangsa Turkmen” menjanjikan akan mengubah negaranya -yang punya cadangan gas ketiga terbesar di dunia- menjadi “Kuwait baru”. Namun, yang terjadi saat ini, justru harga-harga barang melambung tinggi. Bahkan penduduk kian sulit memperoleh air, roti, dan listrik, termasuk di pusat kota.
Tampaknya takkan ada pemilihan presiden sampai tahun 2002. Sebab, pada Januari 1994, Niyazov memenangkan 99,99% suara dalam referendum yang memberinya tambahan masa jabatan lima tahun lagi.
“Kami paham, kesulitan keuangan telah menyebabkan naik tajamnya harga-harga barang. Tapi Anda tak dapat menambal lubang dengan biaya rakyat yang sudah tak tahan antri bahan makanan dan hidup melarat,” ujar seorang demonstran.
“Sekaranglah waktunya untuk menghentikan proyek-proyek mahal dan rumah-rumah mewah musim panas bagi presiden dan para pembantunya,” tambahnya.* – MA (Reuters)
BACA JUGA:
Polisi Filipina Siksa Tahanan Muslim
Liga Arab Ingin Bangun Masjid di Athena
Pemerintah Otonomi Palestina Hantam Puluhan Masjid di Gaza