Pembohong Dari Kremlin
Oleh MANSYUR ALKATIRI
Majalah UMMAT Thn. II No. 3, 5 Agustus 1996 / 20 Rabiul Awal 1417 H
Bumi Chechnya kembali menjadi ladang pembantaian oleh Rusia
Sudah lama orang Rusia menjuluki presiden mereka, Boris Yeltsin, sebagai “pemabok”. Soalnya, ia memang suka menenggak vodka hingga tak sadar. Dan kini rakyat Chechnya menambah julukan baru: si Pembohong Besar, karena terus-terusan mengkhianati perjanjian damai dengan koloni Rusia di Kaukasus itu.
Sejak Rabu dini hari (10/7), pasukan Rusia mengepung dan menggempur Desa Mehkety, Elistanzhi, Vedeno, dan Tauzen di tenggara, serta Gekhi di barat daya. Serangan dilakukan tiap setengah jam, melibatkan 10 pesawat pengebom. Seperti biasa, gempuran kali ini juga membabi-buta, tanpa memilih sasaran. Sekitar 300 warga sipil Chechnya tewas mengenaskan.
Mehkety, terletak 35 km sebelah selatan Ibu Kota Grozny, diduga menjadi markas pemimpin pejuang kemerdekaan Chechen, Zelimkhan Yandarbiyev. Delapan tentara Rusia juga tewas dalam serangan di Gekhi, 20 lainnya ditawan pejuang Chechen. Wakil komandan pasukan Kementerian Dalam Negeri (Omon), Mayjen Nikolai Skripnik (52), turut tewas setelah kendaraan tempurnya terkena ranjau. Pihak Chechen juga kehilangan salah satu komandannya, Doku Makhayev, yang terbunuh dekat Gekhi.
Menurut sumber-sumber militer Moskow, Rusia bermaksud melenyapkan seluruh pemimpin Chechen termasuk Yandarbiyev. Menurut laporan jaringan televisi independen, NTV, Yandarbiyev selamat karena sudah meninggalkan Mehkety dua hari sebelum serangan. Rumah orang tuanya di desa Starye Atagi, 14 km selatan Grozny, juga hancur.
Meski terus dihujani bom, pejuang Chechen tegar bertahan. Sekali-sekali mereka melancarkan balasan. Dalam keadaan terkepung, sekelompok pejuang berhasil menewaskan 4 tentara Rusia dan melukai 40 lainnya, Senin (15/7) lalu di Chechnya tenggara. Di Grozny, sebuah kendaraan tempur Rusia disergap dan diberondong dengan senapan mesin serta granat.
Gencatan Senjata
Serangan brutal Rusia juga menghancurkan kesepakatan antara Presiden Boris Yeltsin dan Zelimkhan Yandarbiyev, yang dengan susah payah di capai di Kremlin akhir Mei lalu. Kesepakatan meliputi gencatan senjata dan pertukaran tawanan perang. Chechnya relatif damai setelah itu.
Kesepakatan lebih jauh dicapai 10 Juni, menyerukan penarikan mundur pasukan Rusia dari Chechnya dan perlucutan senjata pejuang Chechen pada 1 September. Sejak Juli, Rusia harus mulai menarik diri dari pos-pos pemeriksaan Chechnya.
Perjanjian itu menolong Yeltsin dalam pemilu lalu. Tapi setelah menang, Yeltsin mencampakkannya. “Pernyataan Yeltsin tentang perdamaian di Chechnya hanyalah sandiwara untuk pemilu,” kata Alexei Arbatov, wakil ketua komite pertahanan parlemen dari fraksi Yabloko.
Sadar oleh tipuan Yeltsin, Yandarbiyev kini memberi syarat bagi perundingan baru. “Kelanjutan perundingan dengan Moskow masih mungkin, tapi Rusia harus memenuhi dulu kewajibannya tanpa syarat, harus ada pengawasan internasional dan mediasi PBB serta yang melanggarnya harus dihukum.” Tapi, bagi Yeltsin, mengkhianati perjanjian bukanlah barang baru. Dekritnya akhir Maret, guna menghentikan semua serangan mulai 1 April, hanya berlaku beberapa jam.
Situasi makin tak menguntungkan Chechnya karena Alexander Lebed (46), ketua Dewan Keamanan Rusia yang baru, kini berubah haluan. Dulu, ia mengkritik pedas perang Chechnya, dan menyukai referendum mengenai status wilayah tersebut. Kini, ia mengatakan, “Bodoh untuk membicarakan kemerdekaan Chechnya. Kemerdekaan Chechnya bisa menyebabkan perang di seluruh Kaukasus.” (MA)
BACA JUGA:
Ironi Perang Saudara di Filipina
Gereja Tolak Libur Hari Raya Muslim di Mozambik
Kesepakatan Damai Chechnya-Rusia?
[…] JUGA: Upaya India Habisi Pemimpin Kashmir Boris Yeltsin Membantai Muslim Chechnya Taruhan Politik Rezim […]
[…] JUGA: Boris Yeltsin Membantai Muslim Chechnya Ironi Perang Saudara di Filipina Kashmir, Pemilu untuk […]