Majalah UMMAT, Thn. I No. 16, 5 Februari 1996 / 15 Ramadhan 1416 H
Taj Mahal terancam hancur akibat polusi. Ada usulan untuk merelokasi pabrik-pabrik penyebabnya.
Taj Mahal, bangunan monumental dari abad ke-17 yang didirikan Maharaja Moghul, Shah Jehan, untuk mengenang sang permaisuri tercinta, Mumtaz Mahal, sudah lama terancam hancur. Selama puluhan tahun, kepingan-kepingan marmernya remuk dan mengelupas. Kemilau putih empat menaranya berubah menguning.
Monumen cinta kasih ini terletak di kota Agra, di negara bagian Uttar Pradesh. Shah Jehan membangun istana itu di makam isterinya. Sesuai janji pada sang isteri saat akan meninggal.
Menurut ahli-ahli lingkungan, Taj Mahal telah terkena “kanker batu”. Banyak terdapat lubang kecil pada permukaan marmer akibat hujan asam. Belum lagi bekas-bekas kotoran dan minyak yang disebabkan oleh ribuan wisatawan perhari yang menyentuh marmer Taj Mahal.
Lantas apakah kemudian Taj Mahal akan dibiarkan hancur? Setelah puluhan tahun maju mundur, pemerintah New Delhi akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan monumen itu dari kehancuran. Bulan Desember lalu, Mahkamah Agung India telah meminta pemerintah federal untuk segera membuat rencana merelokasikan seluruh industri yang menyebabkan polusi pada Taj Mahal, sejauh radius 10.000 meter persegi dari mausoleum itu.
Kota Agra berpenduduk lebih dari 1 juta jiwa, terletak di jantung daerah lingkar industri India Utara. Menurut National Enviromental Engineering Research Institute di kota Pune, ada 2.354 industri yang mengakibatkan polusi di wilayah Taj Mahal. Sabuk hijau –yang juga dikenal Trapesium Taj Mahal– meliputi daerah sekitar Agra, kota sekitar Mathura dan Ferozabad. Industri besi, pabrik kimia dan kaca, merupakan penyebab polusi tertinggi.
Sebagai langkah awal, pemerintah federal tahun lalu meminta 508 industri di Agra untuk memasang peralatan kontrol polusi. Yang mengabaikan diancam ditutup perusahaannya. Menurut pejabat setempat, 404 pabrik telah memasang peralatan tersebut. “Bagi yang belum memasang, diberi batas waktu sampai 31 Desember lalu atau menghadapi penutupan,” ujar seorang pejabat seperti dikutip M.G. Srinath dari Arab News.
Menurut penelitian yang diarahkan oleh Vardarajan, beberapa tahun belakangan ini, penggunaan bensin dan solar di Agra dan sekitarnya meningkat luarbiasa. Itu dimungkinkan karena meningkatnya penjualan mobil dan sepeda motor. Sekitar 100.000 kendaraan bermotor melintasi Agra setiap hari. Penggunaan batubara di Agra dan Ferozabad diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 juta ton pertahun.
Industri-industri itu ada di barat laut, utara, dan timur laut dari Taj Mahal. Dan angin biasanya berhembus menuju monumen itu.
Yang paling memprihatinkan, sulfur yang berasal dari cerobong asap, kendaraan dan generator, yang terbawa oleh udara. Di atas konsentrasi tertentu sulfur dapat bercampur dengan uap air di udara yang akhirnya membentuk asam sulfat yang bisa merusak dan memudarkan warna marmer.
Melihat parahnya tingkat polusi di Agra, keinginan Mahkamah Agung untuk merelokasi pabrik-pabrik di Agra dan sekitarnya memang amat beralasan. Hanya saja itu akan memakan biaya yang tidak sedikit. Tapi tahun lalu Mahkamah Agung telah bertekad: “Tak ada yang lebih penting dari Taj Mahal.” Itu juga yang kini diharapkan masyarakat India.* (Mansyur Alkatiri, Rani LS)
BACA JUGA:
Israel Bunuh Yahya Ayyash
Serangan Brutal Rusia ke Dagestan Bebaskan Sandera
Erbakan, Sang Penentang Kemalisme
[…] partai Hindu itu beserta sekutu-sekutunya menghancurkan Masjid Babri di Ayodhya. Kaum fanatik Hindu India menganggap masjid tua berasal dari abad ke-16 itu dibangun diatas reruntuhan kuil Rama. BJP […]