Masjid Pasha Qasim di kota Pecs, Hungaria, yang diubah menjadi Gereja Katolik setelah Turki Usmani kalah.

Oleh Mansyur Alkatiri

Bangunan ini awalnya adalah Masjid Pasha Qasim di kota Pecs, Republik Hungaria. Masjid ini dibangun oleh Pasha Qashim, penguasa Turki Usmani di Pecs, pada 1543 hingga 1546 M, saat Turki Usmani menguasai Hungaria.

Tapi, masjid ini kemudian diubah menjadi “Gereja Candlemas Pusat Kota Perawan Maria yang Diberkati” di tahun 1702, setelah pasukan Kerajaan Austro-Hungaria menguasai kembali kota Pecs dari tangan Turki Usmani. Menara masjid ini dihancurkan oleh pasukan Jesuit pada 1766.

Bangunan ini adalah bangunan bergaya Turki terbesar di Hongaria dan Eropa. Panjang 29 meter, lebar 16 meter, dan tinggi 23 meter. Sehingga  menjadi ikon kota Pecs.


Pecs adalah kota kelima terbesar di Hungaria, terletak di bagian selatan HUngaria, dekat dengan perbatasan Kroasia. Terletak di lereng pegunungan Mecsek. Kota ini merupakan pusat pemerintahan, ekonomi dan tempat kedudukan Keuskupan Katolik Roma.

Islam sudah masuk ke Hungaria jauh sebelum wilayah tersebut diduduki Turki Usmaniyyah (Ottoman), bahkan sebelum Kesultanan Ottoman terbentuk.

Penulis Muslim, Yaqut a-Hamawi (1179-1229 M) dalam buku kamus geografinya yang terkenal, Mu’ajam al-Buldan, mengutip seorang anak muda Muslim asal Hungaria yang lagi belajar di Aleppo, Syria, bahwa saat itu di Hungaria sudah ada sekitar 30 desa Muslim.

Menurut petualang dan penulis Muslim Andalusia Spanyol, Abu Hamid al-Garnati, ada dua jenis Muslim di Hungaria, yaitu Muslim asli setempat (Pecs) yang berada di Dataran Karpatia, yang sudah menjadi Muslim sejak abad ke-9 atau ke-10 M dan Muslim dari Volga Bulgaria (sekarang masuk Rusia selatan).

Interior Dalam Gereja Katolik “Masjid Qasim Pasha di Pecs

Muslim dari Karpatia masuk ke Hungaria awalnya untuk berdagang. Lalu Raja Hungaria mempekerjakan mereka sebagai tentara bayaran untuk menjaga singgasananya. Sedang Volga Bulgaria adalah negara multi-etnik dengan mayoritas suku Turki-Bulgar, suku Finnik dan Ugrik, serta suku Slavia Timur.

Pada abad ke-11, Raja St. Ladislaus dan Raja Coloman, mengeluarkan undang-undang yang memaksa Muslim makan daging babi, menikah dengan orang Kristen, melarang mereka shalat Jum’at, serta memaksa mereka masuk gereja untuk dibaptis serta beribadah secara kristiani.

Mereka ini kemudian seolah “hilang” di telan zaman di akahir abad ke-13, kemungkinan karena mereka telah dikristenkan secara paksa.

Turki Usmani menguasai Pecs dan sekitarnya selama 150 tahun, dari tahun 1541 sampai 1699. Awalnya didahului dengan Pertempuran Mohács (1526) yang dimenangkan Turki Usmani pimpinan Sultan Suleiman the Magnificent (berkuasa 1520–1566). Kekuasaan Turki Usmani menandakan “kehidupan Islam kedua” di Hungaria.

Kalangan sejarawan Eropa menilai, Kekuasaan Turki Usmani sangat toleran terhadap agama lain di Hungaria dan wilayah pendudukan lainnya, tidak pernah melarang warga Kristen beribadah dan tidak memaksa mereka masuk Islam.

Toleransi tinggi itu juga memungkinkan agama Kristen Protestan tumbuh subur di Hungaria (seperti Gereja Reform), terbebas dari penindasan oleh penguasa Katolik Habsburg.

Di abad ke-17, Turki Usmani tercatat mendirikan 163 sekolah dasar (maktab) dan 77 sekolah menengah serta sekolah-sekolah agama yang lebih tinggi, tersebar di 39 kota di Hungaria tengah dan selatan. Sekolah-sekolah itu umnumnya didirikan di sekitar masjid. Sedangkan masjid tidak hanya digunakan untuk shalat, tapi juga untuk belajar membaca dan menulis dan membaca Al-Qur’an. Jumlah umat Islam saat itu di Hungaria mencapai 80.000 ribuan yang terdiri dari etnis Turki, Bosnia, Albania dan asli Hungaria.

Hadım Suleiman Pasha, asli Hungaria, pernah diangkat oleh Sultan Sulaiman menjadi Perdana Menteri (Grand Vizier) Turki Usmani (1541-1544), setelah sebelumnya menjabat sebagai Gubernur di Mesir antara 1525–1535 dan 1537–1538.

Ada pula Kanijeli Siyavuş Pasha (wafat 1602 di Istanbul) yang pernah menjabat perdana menteri Ottoman dalam rentang waktu antara 1582 sampai 1589. Muslim Hungaria kelahiran Kanisza ini bahkan menikah dengan Fatma, puteri Sultan Salim II.

Menurut sensus 2011 hanya tinggal 5.579 Muslim in Hungaria, meliputi sekitar 0.057% dari total penduduk. Umumnya mereka keturunan Arab dan Turki, meski sekarang makin banyak pula orang Hungaria asli yang menjadi Muslim.*

BACA JUGA:
Hagia Sophia dan Kemunafikan Kristen-Eropa
Ketika Masjid Toledo Menjadi Katedral
George Bush Si Pendusta

By mansyur

3 thoughts on “Di Hungaria, Masjid Pasha Qasim Diubah Menjadi Gereja Katolik”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *