Kembalikan Anak-Anak Krasniqi!
Oleh: Mansyur Alkatiri
Majalah UMMAT No. 9, Tahun I, 30 Oktober 1995 / 6 Jumadil Akhir 1416 H
Derita yang menimpa keluarga Krasniqi mulai menyebar luas. Kasus serupa juga terungkap di beberapa negara bagian.
Hakim pengadilan Dallas, Texas, Harold Gaither Jr, memancing kemarahan umat Islam. Ketika menanggapi kasus yang menimpa keluarga Krasniqi, imigran muslim Albania, Gaither dengan enteng menyatakan, “Anak-anak Krasniqi akan lebih baik berada dalam keluarga Kristen dari pada keluarga Muslim.” Ucapan bernada melecehkan yang dimuat di harian The Dallas Morning News ini tak bisa diterima oleh umat Islam Dallas.
Mereka lalu melakukan demonstrasi di depan kantor Gaither dan menuntut agar hakim itu meminta maaf. Muslimin Amerika kian aktif berkampanyenya menuntut keadilan bagi keluarga Krasniqi. Media massa negara bagian Texas juga mulai menyemarakkan kasus dua anak muslim keturunan Albania yang secara tak adil dirampas dari tangan kedua orang tua kandungnya dengan tuduhan pelecehan seksual yang terbukti keliru itu. Sebelumnya, selama bertahun-tahun, hanya sedikit media yang memberi perhatian.
Kedua anak itu, Tim (16) dan Lima Krasniqi (11), dipisahkan dari orang tuanya lima tahun lalu dan kemudian diadopsi oleh keluarga Kristen. Padahal, oleh pengadilan Texas, ayah mereka, Sam (Sadri) Krasniqi, dinyatakan tak bersalah melakukan pelecehan. Pengadilan menyadari, telah terjadi kesalahpahaman budaya yang berakibat tragis. Dalam asuhan orang lain, kedua anak Krasniqi telah dipaksa pergi ke gereja, makan daging babi dan masuk Kristen.
The Houston Chronicle, surat kabar terbesar di Houston, Texas, mengulas kisah duka keluarga Muslim ini dengan nada simpatik di halaman depan. Ia menghujat cara kerja Dinas Perlindungan Anak-anak Texas (TCPS) lima tahun lalu. Dallas Morning News juga mengekspose besar-besaran berbagai kejanggalan dalam kasus itu dan paksaan pada dua anak Muslim itu untuk berpindah agama.
Stasiun televisi Texas secara teratur mewawancarai pengacara Krasniqi, Khalid Hamideh, dan menampilkan gambar Kathy (Sabahete) Krasniqi sedang menangis saat memutar film video kedua anaknya, ketika mereka masih berkumpul bahagia. “Kasus ini telah meledak disini,” kata Hamideh pada Arab News. Ia yakin, publisitas akan membantu mengembalikan kembali Tim dan Lima pada orang tua kandungnya.
Kasus ini meledak secara nasional setelah disiarkan oleh televisi nasional ABC News dalam program “20/20” yang amat populer pada 18 Agustus lalu. Liputan media ini mampu mempengaruhi warga Texas. Mereka mengirim banyak surat dan hadiah bagi anak-anak Krasniqi, yang dialamatkan ke kantor pengacara Hamideh. Kantor Hamideh jadinya mirip toko mainan. Pengacara Muslim-Amerika ini tak tahu dimana anak-anak Krasniqi berada.
“TCPS tak mau memberitahukan pada saya, di mana anak-anak itu berada,” ujar Hamideh. “Saya sudah berkali-kali minta untuk bertemu dengan orang yang mengadopsi mereka, namun mereka selalu mengelak,” jelasnya.
Tapi Hamideh yakin, Tim dan Lima masih di Texas, meskipun tak berani memastikannya. Khalid Hamideh optimis dapat membuka kembali kasus ini. Untuk mendukung upaya ini, Hamideh gencar menggalang dana. Maklum, harta kekayaan Sam Krasniqi telah ludes, habis untuk ongkos perkara bertahun-tahun. Utangnya makin bertumpuk. Hamideh kini membuka Krasniqi Defense Fund. Para penyumbang disilahkan menghubungi: The Law Offices of Khalid Hamideh 1301 North West Hwy, Suite 212 Garland, Texas 75041.
Kasus perampasan anak terhadap keluarga imigran Muslim, ternyata tak cuma dialami keluarga Krasniqi. Ahmad Amir, imigran asal Lebanon, juga kehilangan ketiga anaknya selama 10 tahun. Ia dituduh tak mampu merawat anak-anaknya. Entah dimana mereka sekarang. Demikian pula dengan keluarga Abdul Aziz dan Yamima yang sempat ditahan polisi dengan tuduhan menculik” anaknya sendiri. Amerika ternyata bukan tempat yang aman bagi keluarga Muslim.* MA
BACA JUGA:
Pemurtadan Gaya Amerika, Kasus Anak-anak Krasniqi
Mengenang Dr Said Ramadhan
Malcolm X, Pahlawan Kulit Hitam yang Kurang Dikenal
[…] JUGA: Muslim di AS Dirampas dari Orang tuanya dan Dimurtadkan Kosovo Di Ambang Revolusi Skenario Bosnia di […]
[…] JUGA: Giliran Ikhwanul Muslimin Disikat Mubarak MUSLIM AS: Dirampas dan Dimurtadkan Malcolm X, Pahlawan Kulit Hitam yang Kurang […]
[…] BACA JUGA: Mengenang Dr Said Ramadhan MUSLIM AS: Dirampas dan Dimurtadkan […]
[…] yang cedera, tiga perempatnya warga AS. Menurut laporan CNN, didalam gedung tersebut ada 400 orang Amerika yang melatih Pengawal Nasional Arab […]
[…] BACA JUGA: MUSLIM ETHIOPIA, Mayoritas yang Dipinggirkan Muslim Albania: Cemas di Tengah Perubahan MUSLIM AS: Dirampas dan Dimurtadkan […]
[…] kelompok-kelompok yang dianggap Washington sebagai kelompok teroris. Dan dalam daftar pemerintah Amerika, kelompok-kelompok Islam yang menentang kebijakan tak adil pemerintah AS, berada di urutan pertama, […]
[…] JUGA: Muslim Bulgaria Kembali Merasa terancam MUSLIM AS: Dirampas dan Dimurtadkan Strategi Kotor Yahudi di […]
[…] JUGA: Muslim di AS Dirampas dari Orang Tuanya dan Dimurtadkan Aktivitas Masjid di Kampus Bulgaria, Eksodus Baru […]
[…] catatan militer AS, orang Islam telah ada dalam ketentaraan Amerika semenjak perang saudara (1861-1865). Saat itu, pasukan pemerintah AS yang sedang menghadapi […]
[…] yang mayoritas beragama Hindu, ikut India. Jadi, negara Jammu dan Kashmir, yang 80% penduduknya Muslim, seharusnya ikut […]
[…] JUGA: Mumia Abu-Jamal Menanti Keadilan Amerika Muslim AS, Dirampas dan Dimurtadkan Aljazair, Taruhan Politik Rezim […]
[…] JUGA: Mumia Abu-Jamal Menanti Keadilan Amerika MUSLIM AS: Dirampas dan Dimurtadkan Pemurtadan Gaya […]
[…] orang tua Muslim di wilayah West Yorkshire, Inggris, melarang anak-anak mereka mengikuti pelajaran agama di sekolah. […]