SUMPAH UNTUK MERDEKA
Oleh: Mansyur Alkatiri
Sumber: Majalah UMMAT, No. 37 Thn. III / 6 April 1998
Kendati ditindas sadis Serbia, Muslim Kosovo tetap kukuh bertahan. Semangat untuk merdeka semakin besar
Pejuang Tentara Pembebasan Kosovo (UCK atau KLA) itu masih belia. Namun dengan seragam militer, ia nampak lebih tua. Topinya terbuat dari bulu binatang, sepatu boot baru dan jaket kulit berwarna hitam, yang melapis seragam militernya.
Ia adalah anggota elite tentara etnik Albania yang baru terbentuk, yang tengah bertempur dengan pasukan khusus Serbia. Provinsi di selatan bekas Yugoslavia ini lama diperintah dengan tangan besi oleh etnik minoritas Serbia, yang mengklaim Kosovo sebagai pusat sejarah mereka. Klaim palsu inilah yang membuat bangsa Albania Kosovo lama menderita.
Menurut penuturan Marie Colvin, wartawan The Sunday Times, yang berhasil mencapai markas UCK di Lembah Drenica, para pejuang UCK tampak terlatih baik kendati miskin persenjataan. “Nampaknya pasukan itu dipimpin oleh sekelompok warga etnik Albania yang pernah mengabdi dalam Angkatan Bersenjata Yugoslavia, sebelum negara itu terpecah belah,” tulis Colvin di surat kabar mingguan terbitan London itu, 22 Maret lalu.
Meski jumlah tentaranya hanya ratusan, KLA punya jaringan cukup luas di desa-desa Lembah Drenica. Penduduk desa-desa itu secara sukarela masuk dalam jaringan UCK setelah serangan brutal Serbia akhir bulan lalu. Meski tak pernah mengikuti latihan militer formal, warga desa Drenica umumnya mahir menembak, sebab mereka adalah pemburu berpengalaman. Dan mereka punya komitmen tinggi pada tanah airnya.
Sumpah Merdeka
“Kini anda lihat sendiri anak-anak muda di hutan ini yang tinggal menunggu senjata,” ujar seorang tokoh Albania pada Marie Colvin. “Jika hari-hari ini anda bicara dengan warga Drenica, dari para guru sampai wanita tua yang sudah renta, mereka akan bilang ‘Kami semua anggota KLA.'”
Para pejuang UCK geram terhadap Slobodan Milosevic, Presiden Federasi Yugoslavia, yang mencap mereka sebagai teroris. Label yang sama juga diberikan oleh Robert Gelbard, utusan khusus Amerika Serikat di Balkan, menyusul serangan KLA terhadap polisi Serbia.
“Kami bukan teroris,” ujar seorang pejuang yang baru muncul dari hutan. “Orang-orang Serbia itu membantai bangsa kami. Sedang kami tak membunuh wanita dan anak-anak, seperti yang mereka lakukan.”
Serangan brutal Serbia di Kosovo baru-baru ini menjadi titik balik dalam sejarah moderen provinsi ini. Kini semakin besar jumlah warga Albania, yang nota bene merupakan 90 persen penduduk Kosovo, yang menolak hidup bersama dengan Serbia. Mereka menuntut Merdeka. “Seluruh rakyat Kosovo akan bergabung dengan kami saat mereka menyadari tak mungkin Serbia mau berdamai,” ujar komandan UCK.
UCK memperkirakan pecahnya kembali kekerasan di Kosovo, menyusul habisnya deadline penarikan mundur bagi pasukan khusus Serbia, yang dibuat wakil-wakil enam negara anggota Contact Group (CG) di London, 9 Maret. Pasukan khusus itu kini masih tetap bercokol di Kosovo.
Tapi dalam suatu keputusan mencengangkan di Bonn (Jerman) Rabu lalu, kelompok beranggota AS, Rusia, Inggris, Perancis, Jerman dan Italia itu, justeru memberi perpanjangan waktu satu bulan bagi Serbia untuk mulai merundingkan otonomi bagi Kosovo. Jika Serbia gagal memenuhi tuntutan itu, Serbia dan Yugoslavia akan menghadapi sanksi ekonomi yang ‘masih akan dirundingkan lagi bentuknya.’
Sebaliknya, CG justeru menekan Ibrahim Rugova –yang baru seminggu lalu terpilih kembali menjadi “Presiden Republik Kosovo” lewat referendum yang tak diakui Beograd– agar mau mengecam UCK. Rugova juga didesak untuk menekan UCK agar meninggalkan “cara terorisme” dalam menghadapi polisi Serbia! Permintaan ini tentu ditolak para pemimpin Albania, karena mereka tahu pasti akan memecah belah persatuan diantara mereka.
Para pemimpin Albania amat kecewa atas kegagalan dunia menjatuhkan sanksi keras terhadap Beograd. Warga Albania pun sadar, bantuan internasional bagi perjuangan mereka sangatlah terbatas. Dan itu makin mengkristalkan sikap mereka, untuk memihak UCK.
“Di depan bendera Albania ini saya bersumpah. Saya akan persembahkan hidup saya bagi kemerdekaan tanah air saya,” ujar para pejuang UCK. “Saya akan taati tentara kami. Jika saya melanggar sumpah ini, teman saya berhak untuk membunuh saya. Sekarang kami adalah serdadu yang berjuang demi kemerdekaan.” Mereka gunakan simbol sejarah Albania berupa dua rajawali hitam diatas warna dasar merah.
Rajawali adalah lambang keberanian pria Albania. Dengan simbol itu mereka dulu pernah menguasai seluruh daratan Illyria, sebelum datang bangsa Slavia. Kini dengan simbol yang sama, mereka menggugat ketidakadilan yang telah menjadikan bangsa mereka sebagai bangsa jajahan di tanah air sendiri.
Mansyur Alkatiri