Oleh MANSYUR ALKATIRI

Majalah UMMAT Tahun I No. 07, 2 Oktober 1995 / 7 Jumadil Awal 1416 H

Penindasan India di Kashmir makin menjadi-jadi. Tapi militansi Muslimin Kashmir justeru kian meningkat.

PEMUDA KASHMIR HADAPI POLISI INDIA. Tak ada rasa takut lagi

Lembah Kashmir, sebidang tanah cantik di pegunungan Himalaya, lama dianggap orang sebagai surga yang tak ada duanya di atas bumi. Alamnya mempesona. Penduduknya ramah dan cinta damai. Arsitektur bangunannya yang mencerminkan perpaduan budaya Islam dan tradisi lokal membuat pelancong luar kian takjub. Jutaan dollar pun mengalir setiap tahun dari saku para turis.

Tapi itu dulu. Sejak lima tahun belakangan, ratusan ribu tentara India telah mengubah “surga” itu menjadi neraka. Ladang pembantaian tercipta di mana-mana. Negeri kaum muslimin ini pun bersimbah darah. Kematian jadi pemandangan sehari-hari. Sekitar 30 ribu muslimin Kashmir, kebanyakan orang sipil tak bersenjata, telah tewas. Ribuan wanitanya, dari yang masih anak-anak, remaja, hingga yang sudah beruban, diperkosa tentara Hindu India.

Mesjid Nooruddin di kompleks Charar-e-Sharief, yang berusia 535 tahun, dibakar ludes tentara India bersama 1.200 bangunan di sekitarnya. Mesjid tua lainnya di Hazratbal juga dihancurkan. Banyak sekolah Islam diratakan dengan tanah, dengan alasan, “menjadi tempat sembunyi kaum ekstrimis agen Pakistan”. Itulah sebutan New Delhi bagi para mujahid Kashmir.

Khianat

India menduduki Kashmir 27 Oktober 1947, mengkhianati perjanjian pemisahan India-Pakistan 1947. Sesuai perjanjian, negara bagian yang mayoritas penduduknya beragama Islam, bergabung dengan Pakistan. Sebaliknya, yang mayoritas beragama Hindu, ikut India. Jadi, negara Jammu dan Kashmir, yang 80% penduduknya Muslim, seharusnya ikut Pakistan.

Dewan Keamanan PBB, akhir 1948 memutuskan, harus ada plebisit guna menentukan masa depan Kashmir. Tapi New Delhi, tak pernah peduli. Kashmir secara paksa dijadikan sebuah provinsi India.

Tahun 1989, perlawanan merebak di seantero negeri. New Delhi lalu mengirim 600.000 tentara guna meredamnya. Sejak itu, Srinagar dan Jammu, ibukota musim panas dan musim dingin Kashmir, serta kota-kota lainnya, tak aman lagi.

Dan rekor hak-hak asasi pasukan pendudukan India itu pun menjadi sungguh buruk. Lembaga hak-hak asasi manusia yang bermarkas di Genewa, International Commission of Jurist (ICJ), Maret lalu melaporkan banyaknya pelanggaran hak asasi di Jammu dan Kashmir. “Perampokan, pembunuhan, penculikan, penyiksaan, pembakaran toko dan rumah, perkosaan, dilakukan tentara India dimana-mana.” Amnesti Internasional dan kelompok hak-hak asasi India memberi laporan serupa.

India harus keluar

Tapi tekanan fisik luar biasa ini, tak menciutkan nyali bangsa Kashmir. Selasa lalu (5/5), pejuang Kashmir meledakkan sebuah bom mobil di Srinagar. Belasan orang tewas, separuhnya adalah tentara India. Hebatnya, ledakan ini dilakukan di dekat kantor polisi, di pusat kota yang dijaga puluhan ribu tentara. Di jalan-jalan ramai, warga Kashmir tanpa kenal takut berteriak ke arah tentara India, “India Keluar!”, dan “Pembunuh, pulang sana ke India!”

Perlawanan bangsa Kashmir terbagi dalam beberapa kelompok. Sebagian ada yang menghendaki sebuah negara Kashmir merdeka, seperti Front Pembebasan Jammu dan Kashmir (JKLF). Tapi kelompok Islam, seperti Jamiaat Islami dan Harkatul Ansar, lebih menyukai bergabung dengan Pakistan. Namun demikian, dalam menghadapi India, sikap mereka sama. India harus keluar sama sekali dari Kashmir. Maka All Party Hurriyat Conference dibentuk, beranggota 36 kelompok perlawanan, guna menyatukan langkah perjuangan. Ketuanya sekarang Maulavi Omar Farooq.

Waktu telah berubah. Tapi aspirasi rakyat Kashmir belum. Dan seperti rakyat di setiap tempat, bangsa Kashmir memimpikan kebebasan menentukan nasib sendiri. Mereka ingin mimpi ini menjadi kenyataan.* (Mansyur Alkatiri)

BACA JUGA:
India Bunuh Tokoh HAM Kashmir
Tekad Merdeka Muslim Abkhazia
Strategi Kotor Yahudi di Jerusalem

By mansyur

3 thoughts on “KASHMIR, Jerit Jihad di Kaki Himalaya”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *